Hitung Mundur

Layaknya pesawat ruang angkasa yang siap berlepas, hitung mundur untuk saya sudah dimulai. Kalender hingga tanggal 30 Januari sudah penuh ditandai dengan pekerjaan ini itu yang harus selesai. Pekerjaan beres-beres barang dan bersih-bersih tempat tinggal. Kepanikan jelas melanda saya, wong saya itu orang ndak beres kok disuruh beres-beres. Beres ndak beres tanggal 30 Januari nanti adalah hari terakhir saya bekerja di pabrik yang sekarang ini saya kerjai. Tanggal 31 Januari adalah waktu untuk saya berlepas kembali ke Indonesia. Yihaaaa … saya pulang!!!

Harus saya akui ini bukanlah sebuah keputusan yang mudah untuk diambil. Saya mulai bekerja di tempat ini sejak pabrik saya masih memakai nama lama (berubah nama pada tahun 1994). Selama itu pula saya menyaksikan banyak wajah-wajah baru yang muncul di pabrik, lebih banyak dibandingkan dengan wajah-wajah yang menghilang. Beberapa dari mereka lantas menjadi sahabat bahkan sudah seperti keluarga bagi saya.

Banyak yang saya dapatkan dari pabrik satu ini. Bertemu dan lantas berkenalan dengan banyak orang dari banyak kebangsaan dan ras. Beberapa dari mereka adalah orang-orang yang tadinya hanya saya kenal dari buku-buku yang mereka tulis, orang-orang yang saya kagumi. Berkunjung ke banyak tempat yang dahulunya hanya bisa saya baca dan lihat di buku-buku maupun di televisi. Menjaring burung tengah malam di tengah padang berkarpet kotoran sapi di Australia. Menyusuri Sungai Seine di Paris yang cantik. Menerobos perbatasan Jerman-Austria tanpa passport. Bergendongan dengan teman menyebrangi jalan di Hanoi pada jam sibuk. Ditabrak becak di India. Ditodong bedil di Sri Lanka, dan masih banyak lagi. Semua selalu saya kenang dengan senyum.

Lha kalau sampeyan seberuntung saya, tentunya sampeyan bakal ngecipris bagi-bagi pengalaman. Toh yang namanya pengalaman itu, kalau dibagi-bagi ke siapapun tidak akan berkurang. Ingin juga saya melakukan seperti yang sampeyan lakukan itu. Bentuknya seperti apa, belum tahu saya. Nantilah dipikir-pikir dulu sembari leyeh-leyeh. Saya memang akan leyeh-leyeh dulu, mau ngerusuhi teman, merepotkan kawan.

Banyak sudah yang saya dapat dan jika ada saat untuk berkata cukup, maka sekaranglah saatnya. Apa yang saya dapat sudah cukup, sekarang giliran yang lain, sudah waktunya bagi saya untuk pulang. Saya benar-benar beruntung, mengerjakan hobi dan dibayari. Sekaranglah saatnya untuk bilang “cukup” karena terlalu jumawa kalau saya lantas berkata “tutup, sudah kaya”.

Tujuh hari lagi dan saya boleh pulang.

Foto diambil dari sini.

Join the Conversation

23 Comments

  1. “Menjaring burung tengah malam di tengah padang berkarpet kotoran sapi di Australia. Menyusuri Sungai Seine di Paris yang cantik. Menerobos perbatasan Jerman-Austria tanpa passport. Bergendongan dengan teman menyebrangi jalan di Hanoi pada jam sibuk. Ditabrak becak di India. Ditodong bedil di Sri Lanka, dan masih banyak lagi. Semua selalu saya kenang dengan senyum”

    saya tunggu di toko2 buku terdekat! ato nanti dibagiin di sekolah?

    poster saya masih lama selesai cetaknya, kalo masih mau foto 10R pake tandatangan nanti saya kirimin lagi ya. janji deh, fotonya gak pake kuning2 itu

  2. selamat datang kembali ke Indonesia… Selamat mengabdi lagi kepada bumi pertiwi… Bangun dan jayakan tanah airmu… Masa tanah air orang terus yang dibangun…….

    siaaaap! iki opo toh?

  3. wah sugeng comeback Pakdhe…nanti pas ada kuda lumping penyambutan, saya aja yang nari, tak janjiin nanti saya mendhem.. 🙂

    mendhem semprong atau mendhem paku?

  4. owalah..
    baru baca aku postingan gud bay nyah..
    wah..
    aku juga pengen dapet kerjaan yang mbayar hobi gituh..
    buwat sayah ajah, pakdhe..

    jadi debt collector aja tik…hobimu tersalurkan tuh   😀

  5. wahwahwahwah……sir mbilung pulang!!
    gawatttt!!!
    indonesia gemparrrr!!!!!

    ditunggu di jogja, sekalian leyeh2…..
    sugeng rawuh Sir….

    kereta kencana saya dicuci ya, kudanya dimadikan juga

  6. horeee… bisa kopdar tiap hari duong… 😛

    btw, selamat atas kepulangan ke kampung halaman Sir… 🙂

    mari kang bagong … petruk jangan diajak ya, nakal dia itu

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *