Citra

Pak, jangan menyewa di sini. Ndak pantas bapak tinggal di sini. Tempatnya jelek.

Kira-kira begitu potongan ucapan bapak tua itu kepada saya, ketika saya datang menengok tempat yang ditawarkan untuk disewakan. Kamarnya tak begitu besar, dengan kamar mandi di dalam, hanya ada satu tempat tidur di dalamnya. Harganya relatif murah, sangat murah malah. Tetapi batin saya malah bersorak girang karena ditolak begitu, “akhirnya ada juga yang menganggap saya bangsawan“, begitu kata saya dalam hati. Biasanya komentar yang dilontarkan adalah “waaaah, ndak pantas kamu tinggal di sini, tempat itu terlalu bagus buatmu“.

Belakangan saya mendapat informasi, bahwa tempat tersebut adalah tempat penginapan para pekerja seks komersial (psk). Lantas sayapun (mencoba) paham kenapa bapak tua itu menolak saya. Mungkin sang bapak berpikir tak baik saya tinggal satu atap dengan psk. Saya sendiri tak mempermasalahkan hal itu. Sudahlah tak usah dibahas soal ini.

Akan tetapi bagaimana jika sang bapak berpikir lain? Misalnya, dia tak mau menerima laki-laki yang menurutnya bertampang lapar sex, tak berharta pula, dan menganggap para psk yang menyewa tempatnya itu sebagai salah satu fasilitas cuma-cuma?

Agak lama saya berandai-andai dengan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh bapak tua itu. Citra apa yang dilekatkan oleh sang bapak pada diri saya? Diskusi ramai antara saya dan diri saya ini akhirnya berujung pada pertanyaan baru. Haruskah saya ambil peduli dengan citra yang dilekatkan pada saya? Apalagi saya tidak berkecimpung di dunia kerja yang menempatkan citra sebagai persyaratan.

Seorang kawan merasa tak nyaman dengan pencitraan di luar kendali (begitu dia menyebutnya) tentang dirinya, walaupun akhirnya pasrah juga dan menganggapnya sebagai buah propaganda yang berawal dari gojekan kere. Lantas bagaimana dengan saya? Walaupun saya sering juga dijadikan sasaran gojekan kere, saya tak ambil pusing dengan citra apapun yang dilekatkan pada saya.

Begitu? Jika memang begitu, kenapa pula saya menghabiskan banyak waktu dengan menduga-duga citra apa yang dilekatkan pada saya oleh bapak pemilik penyewaan kamar itu? “Faktor U(mur) itu Kang, Faktor U“, begitu kata seorang seorang sepuh kepada saya. Bila masanya tiba, mungkin saya akan peduli dengan citra.

Citra-citraaaaaaku, ingin menjadi dokter (senandung lawas yang sudah tak pernah muncul lagi di televisi. Pelantunnya sudah beranjak dewasa).
Catatan: Terima kasih untuk Dewi yang sudah sudi memutar-mutarkan saya mencari tempat tinggal.

Join the Conversation

39 Comments

  1. Lha sugih kok,mbok yo ben.Lha wong duit meteran,dolar bank dimana-mana.Lha mosok sekedar menyewa tempat penginapan di bali,kok ditolak ? woo..
    ini namanya penghinaan dhe.Sudah beli saja itu tempat nya! kalau perlu di kampleng dulu ๐Ÿ˜›

  2. Mungkin Bapak Tua itu tau kalo pakde itu blogger. sudah tercitrakan, dari jauh sudah kelihatan. Takutnya ntar kalo bermalam disitu akan ambil foto sana sini, trus posting yang aneh aneh di blog.

  3. hmm. .. setuju sama mr bambang
    mungkin bapak2 itu salah satu anak buahnya yang punya hotel dan sudah kenal sampeyan.. biar ngga posting macem2..

    nama hotelnya “wicaksono hotel” bukan ?

  4. @jari jari ampuh: wah mas iman udah blusukan kawasan sanur ya ๐Ÿ˜› samapai sekarang saya juga masih bingung kenapa kok banyak sekali rumah yg pake nomer dibelakangnya xx ya? apakah kehabisan nomer urutan ya ?

  5. weeee . . . lha yang ngomong pencitraan itu ya ga pernah dapat piala citra . . . .
    pantesnya dapat piala popularitas, ini barusan tak serahkan . . . .
    khususnya atas tampilannya di MM UGM sama tikabanget . . ๐Ÿ˜›

  6. citra? lha itu makanan apa lagi, pakde? tapi nyebelin juga sih… tampang melasi juga kadang ngganggu… dianggep fiskus gadungan karena tampilan ndeso juga pernah saya. tapi lama-lama saya jadi ndak peduli….

    termasuk kalo masih ada yang bilang: “wah… istri kamu ndak pantes buatmu… dia terlalu cantik….. kamu jeleeeekkkkk…..”

  7. sebuah pernyataan tanpa skrinsyut adalah hoax, cuba tunjukkan gambarnya pakdhe. (siapa tahu dulu saya pernah mampir)

    tulung jeng tika mbesok dioleh-oleh’i poto-poto gapura/pagar khas bali yah pakdhe.

    .::he509xรขโ€žยข::.

  8. Miss, miss, .. Bapak tua itu takut kesaing. Khan awakmu mantan germo van Brighton, dengan scope internasional, takutnya nanti ada dua manager di rumah itu. Belum lagi ditambah track record mu sebagai Miss EDS. Habislah dia..

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *