Zam

jancukartaca3.jpg

Jakarta masih merupakan magnet, menarik orang-orang untuk datang mengadu nasib, seperti lampu menarik laron. Perkara yang ditarik itu datang dengan sukacita atau dengan rasa terpaksa, bisa menjadi obrolan ringan pengisi waktu. Arus perpindahan orang ke Jakarta sudah bukan lagi hal yang istimewa. Saban hari, ada saja yang datang. Di saat-saat liburan lebaran usai, banjir pendatang ini menjadi bahan berita di media masa. Lantas, apa yang istimewa dari kepergian Zam ke Jakarta?

Sebelumnya saya ingin bercerita perkara Zam dan saya. Saya mengenal Zam masih terbilang baru, dan saya pertama kali menyapanya melalui Yahoo! Messenger 16 Agustus 2006, setelah “menikmati” aksinya bersama kawan-kawannya dalam kegiatan Klaten Ceria. Obrolan pertama itu menggunakan Bahasa Jawa halus. Tetapi, Bahasa Jawa halusnya sudah hilang sebelum obrolan pertama itu selesai. Sejak itu Zam menjadi kawan yang menemani saya melewati malam-malam saya di Tokyo.

Zam pula yang mengabarkan pada saya soal hadirnya CahAndong. Pada saat saya cerewet menanyakan padanya soal ini itunya CahAndong, Zam menjawabnya begini : ” Duh Gusti.. paringana bojo ayu.. eh paringana sabar..” Saya memang terlalu nyinyir bertanyanya. Kenyinyiran saya toh tidak menyurutkan niat baik dan kerja keras Zam pada saat ia membuatkan saya template untuk blog ini.

Saya sendiri akhirnya baru dapat bertatap muka dengan Zam pada 23 Desember 2006. Itu pulalah kali pertama saya berkumpul dengan Cah Andong. Dia menjemput saya di Km 0 Yogyakarta (yang sekarang menjadi lokasi Juminten). Lokasi perjumpaan itu Zam yang memilih, karena dia ingin berfoto-foto dahulu.

Berfoto-foto adalah salah satu hobi Zam, selain makan dan jalan-jalan. Pose Zam dalam berfoto tergolong luar biasa, dan saya menamainya “Zamode“. Nggilani tapi ngangeni, perempuan hamil sebaiknya jangan melihat foto-foto itu demi keselamatan bayi dalam kandungan.

Soal makan-makan dan jalan-jalan, blognya banyak berisi soal itu. Kemampuannya bercerita dan minatnya yang luar biasa akan Jogja dan sekitarnya menjadikan dia sebagai Penghuni Jogja Terbaik. Dengan segala predikat itu, wajar saja jika ia lantas diangkat sebagai “Sultan” oleh teman-temannya di CahAndong. Soal siapa Zam lebih lengkap, Mas Karmin ada menulisnya di sini, atau lihat saja profilnya di wiki CahAndong.

Hari ini, Zam telah meninggalkan zona nyamannya di Jogja dan mulai bertarung untuk menjadi yang terbaik di Jakarta. Dia adalah Sultan di komunitasnya, dan saat ini, sebagai gelandangan di ibu kota, dia mencoba untuk menunjukan bahwa gelar Sultannya itu bukan gelar kosong. Saya yakin dia bisa. Selamat bertarung dab.

Lantas, kembali ke pertanyaan awal, apa yang istimewa dari kepergian Zam ke Jakarta? Nyaris tidak ada, kecuali saya tidak sempat merasakan menginap di pondokannya di Jogja dan menikmati koleksi film-filmnya. Kepindahan Zam membuat saya kehilangan kesempatan itu. Saya akan sangat merindukan Zam jika nanti saya datang ke Jogja. Seperti dalam lirik sebuah lagu, pulang ke kotamu ada setangkup haru dalam rindu.

Gambar dibuat oleh Antobilang.

Join the Conversation

61 Comments

  1. belum sempat mengenalnya, tapi ya… dari sini saya cukup tahu mengapa pakdhe (dan juga anak2 jogja lain) begitu mengagumi beliau…

    selamat datang di jakarta, mas…

  2. Pingback: Goodbye, Zam
  3. Buset itu, judul fotonya nyambit banget! hhahahaha….

    Mas Zam, selamat datang di Jakarta. Kalo sudah sumpek dng Jakarta, maen ke rumah saya di pinggir kota yak!
    *kayaknya salah blog yak?*

  4. wah, blog-e zam kok gak bisa saya bukak yo dari komputerku? ya wis, saya komentar di blognya om ndobos yang sering saya dengar namanya, tapi baru sekarang saya mbukak blog-nya om ndobos :p

    zam. bener, nganyelke tapi ngangeni.
    karena si zam sudah di jakarta, saya jadi bingung nyari tumpangan tidur di jogja, kalau main ke jogja kemalaman dan males balik ke solo … hiks

    kamar yang selalu berantakan, tapi sering saya nunuti tidur ….
    le, piye kabarmu nang jakarta? (zam baca comment ini gak ya? hihihihihi)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *