Turis Tahunan

Sejak awal bulan Oktober, beberapa teman SBI-InFo dari Bintan, Medan, Depok, Bogor dan Semarang sudah melaporkan kedatangan ribuan raptor menyerbu masuk wilayah udara Indonesia.

Ya, raptor adalah nama yang diberikan kepada kelompok burung pemangsa seperti elang dan alap-alap. Raptor tadi sebenarnya sedang dalam perjalanan musimannya dari Siberia di Russia sana, beberapa lagi berasal dari Jepang dan Cina.

Para raptor ini memiliki insting yang mendorong mereka untuk segera migrasi ke selatan meninggalkan tanah kelahirannya setiap saat musim gugur mulai melanda belahan bumi utara. Musim dingin yang datang setelah musim gugur menjadikan udara di sana amat dingin, sementara makanan para raptor menghilang, bersembunyi di lubang-lubang perlindungannya untuk memulai tidur panjang selama musim dingin. Insting ini memerintahkan mereka untuk terbang ke selatan ke tempat yang kaya makanan dan penuh kehangatan, ke Indonesia-lah tujuan mereka.

Setiap tahun, puluhan ribu raptor pindah ke selatan untuk menghindar musim dingin yang tidak mengenal ampun. Peristiwa inilah yang dikenal dengan istilah migrasi. Uniknya, migrasi ini tidak hanya terjadi sekali dalam setahun tetapi dua kali. Setelah migrasi ke selatan pada musim gugur, para raptor itu akan bermigrasi balik ke utara lagi pada bulan Februari dan akan tiba kembali di tanah kelahirannya sekitar musim semi.

Walaupun di Indonesia selalu hangat dan makanan berlimpah, bila mereka menetap di Indonesia, para pendatang ini harus bersaing dengan burung-burung lokal untuk mendapatkan makanan dan ruang tempat tinggal. Bila hanya sebagai pengunjung, cukuplah makanan serta ruang yang ada untuk dibagi-bagi antara pendatang dan penghuni tetap.

Sementara itu di tempat asalnya sejak musim semi tiba, makanan bergizi serta kaya protein dan ruang sebagai syarat untuk berkembang biak cukup banyak tersedia. Insting para raptor menyuruh mereka untuk pulang, untuk kawin, bertelur, merawat anak hingga menyapihnya untuk kemudian terbang kembali ke selatan di musim gugur berikutnya. Semua itu berlangsung setiap tahun! Itu berarti mereka harus menempuh perjalanan sekitar 20.000 km pergi pulang yang penuh tantangan setiap tahunnya.

Beberapa jenis burung dari kelompok Tikusan, Kicuit, Kirik-kirik, Layang-layang, Paok, Anis, Cikrak, burung-burung pantai dan masih banyak lagi setiap tahunnya juga melakukan migrasi seperti para raptor tadi. Bisa dibayangkan, setiap tahunnya dua kali negara kita ini didatangi oleh jutaan burung-burung tadi. Ada yang sekedar lewat, ada pula yang tinggal hingga musim semi di utara tiba.

Belasan ribu ekor raptor yang terbang selama musim migrasi melalui wilayah udara Indonesia itu sangat mungkin untuk dilihat. Beberapa lokasi yang saat ini menjadi lokasi favorit untuk menikmati pemandangan migrasi raptor ini antara lain ada di Puncak (Bogor), Penggaron (Semarang) dan di Teluk Terima (Bali Barat). Pada lokasi-lokasi tersebut, paling tidak ada tiga jenis raptor yang bisa dilihat, Elang-alap cina (Accipiter soloensis), Elang-alap nipon (Accipiter gularis) dan Sikep-madu asia (Pernis ptilorhynchus).

Keasyikan menonton migrasi raptor ini sulit dilukiskan, karena menyangkut soal rasa. Tapi bisa dibayangkan, seperti sebuah airshow dari ribuan ekor raptor dalam beberapa kelompok yang terbang dalam berbagai formasi, meluncur cepat di udara tanpa suara. Puluhan bahkan terkadang ratusan ekor raptor secara bersama-sama menunggang udara panas (thermal) untuk naik ke atas dalam formasi rapat yang tak ubahnya seperti tong yang berputar, karena raptor bukanlah burung yang gemar mengepakkan sayapnya, ia lebih senang membentangkan sayapnya dan lantas menunggangi udara panas agar tetap bisa mengudara. Perilaku menunggangi udara itu kemudian “ditiru” oleh para atlet olah raga dirgantara seperti terbang layang, gantole dan paralayang misalnya. Keanggunan pada saat para raptor sedang berputar-putar naik menunggang thermal (soaring) serta pada saat mereka melepaskan diri dari thermal untuk meluncur cepat adalah atraksi yang memukau.

Tampaknya para raptor tidak memiliki satu titik sebagai tujuan akhir. Begitu menjumpai tempat nyaman, singgahlah mereka. Walaupun dalam banyak peta migrasi raptor terkesan bahwa Nusa Tenggara adalah tujuan akhir mereka.

Raptor tampaknya tidak terbang malam, mereka beristirahat saat hari mulai gelap dan melanjutkan perjalanannya kembali pada pagi hari. Tetapi di mana saja mereka singgah untuk beristirahat serta tempat seperti apa yang dipilih untuk tempat singgah masih belum banyak diketahui. Yang pasti pola makan mereka saat migrasi tidak seperti biasanya, selama perjalanan bisa dikatakan mereka “jarang” makan, sehingga pada saat tiba biasanya mereka terlihat kurus.

Saat ini diyakini ada 3 pintu masuk para raptor, yaitu pintu masuk jalur migrasi koridor timur daratan yang masuk melalui Sumatera, pintu masuk jalur migrasi koridor Pasifik yang masuk melalui Kalimantan, dan Sangihe-Talaud. Hanya saja sampai sekarang belum ada yang pernah melihat lokasi tepatnya pada saat para raptor masuk ke Sumatera, walaupun para penikmat raptor di Malaysia melaporkan bahwa para raptor meninggalkan Malaysia melalui Tanjung Tuan yang letaknya sekitar 40 km dari Pulau Rupat di Riau. Lokasi pintu masuk Kalimantan pun belum diketahui. Saat ini baru ada laporan dari Pulau Sangihe dan Pulau Siau di Kabupaten Sangihe yang memastikan keberadaan pintu masuk tersebut.

Sabtu kemarin, seorang teman yang kerap berolah raga paralayang di Puncak [dan secara sukarela selalu menginformasikan kedatangan raptor ini] sudah teriak-teriak, “lo buruan kemari gih, ini rombongan elang alapnya baru lewat, kayak bola besar”… hmmmp… jam menunjukkan pukul 16.50.

Tulisan ini ditulis bersama dengan kekasih.

Join the Conversation

54 Comments

  1. artikel menarik. makasih banyak, pakdhe.

    gimana cara rombongan migrasi para raptor itu menentukan sebuah tempat layak untuk disinggahi sbagai tujuan akhir migrasi musim gugur mereka? maksut saya, apa di dalam kelompok atau rombongan itu ada semacam ketua atau alpha-male nya, yang mengambil keputusan?

  2. kalo nulis sama kekasih biar sepanjang jalan tol juga asyik-asyik aja ya dhe ….
    btw yang elang alap cina itu kok namanya accipiter soloensis to? bukan cinaensis? 😀
    nama niponnya untuk accipiter gularis apa dhe?

  3. omong2 burung,sayang bgt minggu ini pakde uda pulang 🙁
    lha, blm smpt ktmu, pdhl pgn bgt mengundang pakde k rumah sawah, smb angon iwak + sapi (tetangga) dan nikmati sore ngupi2 smb ngamati bangau2 yg mcari peruntungan d kolam2 ikan milik petani…

  4. setelah banyak mbaca soal tempe dan harganya, akhirnya saya mbaca tulisan soal manuk….

    —kata tempe, harga dan manuk tidak ditulis pake tanda petik lho, pakde… takut lain artinya…

  5. wah….ternyata negeri indonesia ini bukan hanya menjadi tujuan wisata para turis asing yah…tapi juga jadi tujuan migrasi dari para hewan-hewan yang ada di bumi utara sana….hebat dong…..

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *