Perjumpaan

bs.jpg

Sebuah akhir pekan yang sangat menyenangkan dapat saja terjadi tanpa perencanaan. Ah seringnya memang begitu sih. Tadinya hanya ingin mengantarkan seorang bocah gila yang lelah mengenal apa itu yang namanya hidup tenang dan menunjukkan bagaimana kami (ya … dia dan dia juga) hidup di Bali. Toh saya juga memerlukan perjalanan ini, setelah beberapa bulan bekerja di Jakarta. Tidak rumit, kami hanya mengajaknya ke Ubud. Lantas, ada sebuah pesan singkat masuk dari seorang kawan yang mengabarkan kalau ada seorang kawan lama saya yang sedang berada di Ubud, akibatnya akhir pekan tersebut kemudian berubah menjadi lebih menyenangkan.

Kawan saya itu tidak berubah, masih persis seperti yang saya lihat terakhir kali di sebuah halte bus di Falmer, Brighton, pada saat dia mengantarkan kepergian saya, dan itu sudah 7 tahun yang lalu. Sementara dia terkagum-kagum (atau geli) dengan pertumbuhan horizontal saya, saya kagum dengan keajekan sosoknya. Sungguh sebuah acara perbandingan anatomi yang mengundang gelak dan tak usahlah bertanya apa-apa saja yang kami bandingkan. Dia masih seperti dulu, rajin tertawa dan menertawakan. Menurutnya, saya masih sama nyinyirnya seperti dulu. Lantas, keluarlah berondongan pertanyaan baku satu arah dari pihaknya, “anakmu berapa? sudah berapa umurnya? kamu tinggal di mana? kamu kerja di mana?”

Perbincangan selalu bergeser sesuai dengan pergeseran tempat nangkring. Ada cerita soal dirinya di Gaza dan Jerusalem, soal perjalanan-perjalanannya dan tentu saja soal-soal lama ketika kami masih bersama di Brighton. Ada juga soal betapa biadabnya Jakarta bagi orang-orang seperti kami yang membuatnya enggan menetap di sana. Kelihatannya memang akan sangat sulit bagi orang-orang seperti kami berdua untuk menjadi manusia jika hidup dan tinggal di Jakarta.

Begitulah, dia sudah pulang dan mudah-mudahan dirimu menemukan apa yang kamu cari di tempat ini. Kadang apa yang kita cari, tidak ada di tempat jauh, tetapi ada di tempat yang hanya sejangkauan tangan. Dreamers who seek treasure abroad only to find it at home, seperti dalam The Alchemist-nya Coelho. Sudah telalu lama rasanya kamu mencari kan?

Gambar diambil dari sini.

Join the Conversation

32 Comments

  1. awwww.. kata-kata Coelho itu yang beberapa tahun yang lalu mampu meruntuhkan “kesombongan” saya dan memutuskan untuk “pulang Pakde”… Ya, gara-gara satu kata itu…

  2. mbilung met sinta. and i am happy to be around when you guys met. soalnya seru ngeliatin temen lama ketemuan, heboh sendiri mengingat ini itu xixixix

    belum lagi jadi saksi tontonan foto-foto jadul 😀

  3. hohoho, tokoh wayang diatas mewakili figur kalian berdua, yang satu lencir, yang satu… errrrrrrr.. *sudahlah*
    and glad to be there, too. it was superb fun-tastic weekend. we always deserve it, don’t we?

  4. “Dreamers who seek treasure abroad only to find it at home, seperti dalam The Alchemist-nya Cuelho. Sudah telalu lama rasanya kamu mencari kan?”

    nampol banget pakde. dan saya masih dalam proses…

  5. […]Ada juga soal betapa biadabnya Jakarta bagi orang-orang seperti kami yang membuatnya enggan menetap di sana. Kelihatannya memang akan sangat sulit bagi orang-orang seperti kami berdua untuk menjadi manusia jika hidup dan tinggal di Jakarta.[…]
    ditunggu, pak, bagaimana maksudnya orang-orang seperti kami? tentu saja pada postingan selanjutnya….

  6. Sirrrr, sueneng ketemu kamu lagi, pertemuan kita bukan kebetulan kayaknya ya. Lha karena berlanjut ke kelas2 di ‘the sanctuary’ itu. Aku seneng dengan semua refleksi dan pesan2 mu di atas, apalagi karena aku masih disebut sebagai ‘G’ favorit he..he..

    Love and pray for you bro!

Leave a comment

Leave a Reply to epat Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *