Mas

Ini tulisan agak telat tentang anak sulung saya. Si Mas ulang tahun … tanggal 11 kemarin. Ini sudah entah yang keberepa kali saya tidak ada bersama dia pada saat ulang tahunnya. Saya hanya sempat berbicara singkat dengannya, mengucapkan selamat ulang tahun. Jadi, lengkap sudah dan sampeyan bisa bertanya sambil lirik-lirik sinis saya bapak macam apa. Sebuah pertanyaan retorik.

Awalnya sudah diniatkan saya akan berada bersama dia pada ulang tahunnya kali ini yang bisa dibilang istimewa. Sudahlah, tidak usah juga sampeyan tanya-tanya lagi, kenapa tidak jadi? Lagi pula ini ulang tahunnya yang ke 17. Pada saat saya tanya, apa yang akan dilakukannya hari itu, dia hanya menjawab “bikin KTP Pak.” Entah kenapa saya terharu, anak saya akan punya KTP. Itu artinya dia juga sudah boleh punya rekening bank sendiri (lengkap dengan ATMnya), punya SIM, berhak memilih dalam pemilihan umum dan sudah boleh nonton film 17 tahun ke atas. Sungguh mengharukan.

Entah sudah berapa kali dia berkata pada saya “aku kan sudah besar Pak.” Secara fisik ya…dia sudah besar, bahkan besar sekali, lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan saya. Saya bisa jadi keris kalau dipeluk olehnya. Mungkin ini naluri orang tua, selama ini saya measih melihatnya sebagai anak kecil. Anak yang masih suka dipeluk-peluk atau digendong. Digendong? Lha wong saya ngangkat galon air mineral saja ngos-ngosan kok mau menggendong dia sekarang. Bisa saja dicoba sebenarnya, hanya konsekuensinya akan muncul berita orang tua bunuh diri dengan penuh kasih sayang.

Ya, si Mas sudah besar, sudah beranjak dewasa. Selamat ulang tahun Mas.

Catatan: ealah Maaaas, kok ya kamu ulang tahunnya bareng tukang kopi itu to yaaaa….

Foto oleh Gage.