Sampeyan tentu sering baca macam-macam keluhan soal penerbangan berongkos irit di koran, dari mulai soal keterlambatan, merasa ditelantarkan, barang bawaan hilang, atau yang lebih dahsyat pesawatnya mengalami kemalangan. Ndak ada yang baru dalam soal tersebut, murah kok protes. Dengan alasan untuk memenuhi rasa ingin tahu itulah, saya mencoba salah satu maskapai berbiaya irit tersebut untuk bepergian ke negara tetangga kali ini. Lagipula toh ini hanya penerbangan pendek saja dan ongkos pergi pulangnya lebih murah dari biaya fiskal.
Tidak ada masalah pada waktu pergi, hanya terlambat 20 menit saja, penerbangan tak murahpun sering terlambat. Kepulangannyalah yang bikin saya agak jengkel dan ngakak. Agak jengkel karena terlambat, ngakak karena melihat tingkah para penumpang dan awak pesawat yang panik diteror penumpang.
Seperti sudah saya duga, penerbangan kali ini tampaknya akan mengalami keterlambatan lagi, pesawat yang akan membawa saya pulang baru tiba bersamaan dengan waktu keberangkatan. Sepuluh menit kemudian diumumkan kalau pesawat mengalami masalah tekhnis kecil. Akhirnya kami dipersilahkan naik ke pesawat sekitar 2 jam kemudian. Drama dalam pesawat dimulai.
Pengatur udara dalam pesawat ternyata belum berfungsi. Pesawat yang sudah dua jam dipanggang membuat udara di dalam kabin menjadi suam-suam kuku. Setengah jam penumpang mulai misuh-misuh dengan pisuhan generik karena kepanasan, kemudian pak pilot menyapa penumpang dan meminta maaf atas keterlambatan penerbangan dan masih matinya pengatur udara, dia berkata pengatur udara akan dihidupkan begitu mereka bisa menyalakan mesin pesawat. Woooo, ternyata mesinnya mogok to? Lha kok penumpangnya sudah disuruh naik.
Baru saja pak pilot mingkem hujan turun, mbakyu pramugari berdandanan menor serta merta menutup pintu pesawat. KabinΓΒ pesawat yang kedap udara itu bertambah gerah, lha wong ndak ada pertukaran udara. Penumpang menjadi lebih berani misuhnya. Beberapa mulai bangkit dari kursi dan memaksa awak kabin untuk membuka pintu, sementara awak kabin ngotot juga sama kencengnya untuk tidak membuka pintu. Seru juga nonton pertarungan, dan ancam-mengancam gencar dilakukan kedua belah pihak.
Akhirnya ancam-mengancam itu mendadak berhenti ketika seorang ibu mendadak ambrug, pingsan kekurangan udara segar. Awak kabin mulai panik, hingga akhirnya seorang diantaranya langsung membuka pintu dan ya ampuuun dia loncat keluar. Ya harus loncat, karena tangga sudah di tarik dari pintu. Di bawah guyuran hujan lebat begitu dia berlari-lari mengambil payung, mendorong tangga dan meminta penumpang untuk turun sambil membagikan payung.
Sibuklah para pramugari membagi payung. Saya memilih keluar dengan rombongan terakhir, karena saya ingin lihat rupa para mbak-mbak itu yang tentunya sedang hujan-hujanan di tangga pesawat. Halaaaah mbaaaaak mbak, kok ya kasihan juga, itu dandanannya sudah luntur ndak karuan, basah kuyup, wet look abis. Kok ya ndak buka baju saja toh mbak? nanti malah masuk angin. Nutupin daleman atas? haiyah ndak usah … baju situ sudah transparan begitu. Oh ya mbak, kalo daleman pramugari ndak harus seragam model dan warnanya ya?
Tidak ada drama seru di terminal selama menunggu. Kami akhirnya berangkat juga, 5 jam terlambat dari jadwal, dengan menggunakan pesawat lain. Lha pesawat yang rusak tadi gimana? Dari jendela pesawat saya bisa melihat pesawat itu mengalami kesulitan pada saat didorong (push back) untuk berangkat. Tampaknya pesawat yang mesinnya sudah bisa hidup itu sedang mengalami masalah di roda pendarat depannya. Paling tidak penumpang di dalamnya kan tidak perlu berpanas-panas.
Murah kok protes, lagi pula toh tadi sudah diberi tontonan gratis.
ini soal pesawat murah apa soal ‘daleman’? wah si pakde ini…
wooiii, kalo pm mbok ya jangan langsung minggat. ra niat tenan. asem kok. aku ki lagi bersihin kamar mandi. mbok ditunggu bentar to maaass, mas…:(
blus transparan??? ghilman juga tau?
ngobrol2 malemnya juga udah brenti ya skarang?
beuh…disengat TAWON
oalah murah dan transparant π
masih mending kalo begitu Sir, piye le’ muni “murah kok jaluk selamet” lha modar kan π
lah kok yang transparan itu ndak ada potone to?
@hedi , ngakak puooll… bener kuwiii.. :p
Waduh … ini mah ngajarin pasrah mati …
kalo protesnya ke penjual burung di ngasem, biasanya dijawab
“ono rupo, ono rego”
eh, kalo memang jadwal terbang sebenernya selalu telat, kenapa nggak coba jual tiket dg jadwal yg sudah digeser aja ya? kan enak jadinya berkesan tepat waktu π
foto yang daleman itu mana ndoro? π
kehkeh..
ga ada skrinsot? basah basahan itu..
aku pernah juga. tapi tanpa daleman dan terlambatnya delapan jam. asem! eh bukan, kenanga.
mbayar murah kok pengen liat daleman yanglebih HOT.. :p
ngeri ah..kalo ngomentari soal daleman bisa2 nanti malah nyrempet dalemnya, pingin nulis disini soalnya dapat ‘opor’…asyikkk lumayan buat sarapan
udah murah dpt bonus yg transparan lagi
murah, terlambat, kepanasan tapi dpt bonus transparan!….Sayang gak ada fotonya pakde!
test
sukses?
yen wis mabur ndonga dhe…
endonesa …. endonesa …. π
kok yo sempat nggatekke njeronan barang, mas….opo sesuk2 nggolek sing murah meneh ben entuk sing transparan neh?
he2, itu maskapai indonesia ataw luar negri pakdhe?
untung saya ga jadi jadi pramugari (baca: ra sido dadi pramugari)
tapi pengalaman itu kan guru yang terbaik pakdhe,,