Spesies Kaipang Kulon

Kawan Kaipang Kulon bertanya-tanya soal spesies (pada komentar di tulisan ini). Lha kok pertanyaannya banyak, ini namanya memaksa saya buat nulis secara pro-bono (prei-bondo). Tetapi sebagai seleb blog beraura welas asih, baik budi, tidak sombong dan tidak kikir, saya penuhi permintaan kawan satu ini dengan senang hati. Hanya saja, jamannya saya dulu dikuliahi soal spesies, saya itu lebih banyak tidurnya, maka harus maklum jika ternyata isinya hanya ndobos semata.

Definisi gampangan dulu soal spesies. Spesies adalah unit dasar dalam pembagian mahluk hidup atau klasifikasi mahluk hidup. Cabang ilmu ini dikenal dengan nama taxonomi. Spesies itu adalah kumpulan individu mahluk hidup yang secara alami bisa saling kawin yang lantas menghasilkan keturunan dan keturunannya tadi tidak mandul. Harimau, singa, Bangau tongtong, manusia adalah contoh spesies. Pernah ada upaya untuk mengawinkan harimau dengan singa. Lha kok sukses bisa punya anak, tetapi anaknya mandul, oleh karenanya harimau dan singa dikatakan sebagai spesies yang berbeda.

Ada berapa sebetulnya spesies di muka bumi ini? Angka resmi untuk spesies yang telah tercatat ada sekitar 1,5 juta spesies. Tetapi masih banyak spesies yang belum dideskripsikan dan belum dicatat. Jumlah spesies yang “belum dikenal” oleh dunia ilmu pengetahuan ini diperkirakan bisa mencapai jumlah 30 juta spesies. Lantas jika ada berita tentang ditemukannya spesies baru, apa artinya. Ini artinya spesies tersebut baru dicatatkan dalam daftar spesies dan diberi nama.

-ngelap keringet dulu-

Prosesnya panjang dan rumit. Dimulai dengan terlihatnya sang calon spesies, ditangkap, difoto (didokumentasikan), diukur, ditimbang, contoh suaranya direkam, sampel darahnya diambil, singkatnya mahluk hidup tak bernama itu dideskripsikan. Hasil deskripsi tersebut lantas dicocokkan dengan catatan-catatan spesies yang telah ada. Jika tidak ada yang cocok, hasil deskripsi tadi disiarkan di jurnal ilmiah sembari diberi nama sementara. Jika tak ada bantahan atau keberatan, maka calon spesies tadi diberi nama tetap dan dicatatkan sebagai spesies baru.

“Apakah spesies baru itu baru ketemu sekarang atau memang baru ada sekarang?” begitu tanya kawan Kaipang Kulon. Maka saya berkata, baru ketemu sekarang. Soal apakah dia sudah ada dari dulu atau baru saja ada, ndak ada urus. Pertanyaan berlanjut dengan, “kenapa peneliti dulu nggak nemu ya?” Lha repot ini. Begini kawan. Peneliti sekarang peralatannya lebih kumplit dan daya jelajahnya lebih tinggi. Banyak daerah-daerah yang dulu belum bisa dimasuki oleh peneliti, sekarang sudah bisa didatangi, sudah bisa dieksplorasi. Ada banyak spesies yang hanya hidup di tempat-tempat tertentu saja dan tempat-tempat itu dahulu belum bisa dieksplorasi. Sekarang bisa, spesiesnya ketemu.

-sebentar…saya sisiran dulu ya-

Perlu dicatat, yang namanya penemuan spesies baru itu tidak melulu dari hasil blusukan begitu. Banyak kejadian spesies baru “ditemukan” karena ada pemisahan spesies dari hasil kerja dalam ruangan. Bingung? Saya ya bingung. Begini, pakai contoh saja. Dahulu ada spesies burung yang bernama Tokhtor sunda bernama ilmiah Carpococcyx radiceus yang terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Ternyata setelah ditilik-tilik tokhtor yang ada di Sumatera berbeda dengan yang ada di Kalimantan. Maka para ahli burung bersepakat untuk memisahkan keduanya menjadi dua spesies yang berbeda. Tokhtor yang di Kalimantan lantas dinamai Carpococcyx radiatus sedangkan yang di Sumatera diberi nama Carpococcyx viridis.

Kawan Kaipang Kulon terus mengejar, “kalau terus diteliti, semua spesies bakal ketahuan dong, jadi nanti nggak bakal ada cerita penemuan spesies baru ya?” Nnnnaaaah … itu cita-citanya. Para peneliti amat sangat berkeinginan untuk mendeskripsikan dan menamai semua spesies yang ada di muka bumi ini. Kejar terus, “atau tetep ada spesies jago ngumpet yang ngak bakal ketemu sampai sa’jutah tahun lagi?” bisa saja ini terjadi. Belum puas, “atau Tuhan selalu menciptakan spesies baru setiap masa?” lha ini cuma Tuhan yang bisa njawab kayaknya, seleb blog kayak saya ndak nyandak otaknya.

-saya minum dulu-

Kawan Kaipang Kulon meneruskan aksinya, “atau evolusi darwin terus berlangsung menghasilkan spesies baru yang terus diakui sama menungso pertama yang ngonangi spesies itu?” Bisa saja, hanya harap diingat bahwa yang namanya evolusi itu tidak terjadi dalam waktu singkat, luama pol pokoknya. Kalo terjadi dalam waktu singkat namanya revolusi. Evolusi adalah proses yang rumit dan njelimet buset pokoknya, ada yang pro ada pula yang kontra dengan teori ini. Bagi yang pro, diyakini bahwa evolusi adalah agen dari terbentuknya spesies baru atau dalam bahasa selebnya disebut spesiasi. Evolusi melibatkan apa yang disebut dengan faktor “kebetulan” (chances), sehingga ada kaum kontra evolusi yang mengatakan, Tuhan itu tidak main dadu, tidak berjudi.

Begitulah kawan Kaipang Kulon, mudah-mudahan ndak tambah bingung. Lho … mbok ya jangan berkerut to ya, saya itu cuma ndobos. 🙂

Join the Conversation

11 Comments

  1. Kaipang kulon itu siapa? Ini tongkat pemukul anjingnya tadi jatuh di jalan 😀 .

    lha ndak tau saya, begitu dia memperkenalkan dirinya, wajahnya masih tertutup caping …. ndak apa-apa asal wajahnya jangan diorek-orek saja

  2. Soal species, misalnya burung punglor itu kan macem², nah itu satu species atau enggak?

    punglor itu yang kayak gimana mas? nyemplung molor? banyak burung bernama lokal sama tetapi sebetulnya beda spesies, tapi ada juga yang sebetulnya satu spesies hanya beda sub-spesies saja.

  3. kalo om Darwin itu bener, kok manusia2 kayak kita ini brenti berevolusi ya? apa masih berjalan evolusinya? Maunya aku itu bisa berevolusi jadi…. penelope cruz ato charlize theron, gitu

    jadi kura-kura ninja mau?

  4. denger dobosan pakdhe saya jadi sumringah lagi..

    lha pakdhe sendiri masuk species apa? Homo Ndobosipus kah?

    request: mbok pakdhe cerita-cerita tentang evolusi..saya lagi mbaca “Virus Akal Budi” yang didasarken pada teori evolusi. Menurutku kok buku ini maksa banget, teori gothak gathik gathuknya buanyak buanget.. kalo mangsalah posisi terhadap evolusi, saya berada di kanan-tengah. Ndak kiri tengah, apalagi kiri jauh.

    belum baca buku itu. wooo posisi njenengan itu gelandang bertahan ya?

  5. panjang sekali critanya……
    ga jadi komen ah…….dapat tempe sih, kebetulan lagi makan peyek tempe ‘mirasa’ dari purwokerto, mau Pakdhe….?

    dibaca sambil ngunyah mendoan

  6. Kalau habitat Sir Mbilung pantesnya di mana ya? Ayo, bikin partai kapang. Salam dari pangcu.

    Ada banyak spesies yang hanya hidup di tempat-tempat tertentu saja dan tempat-tempat itu dahulu belum bisa dieksplorasi.

    your kung fu is better than mine master

  7. Nyuwun seribu maaf Sir Mbilung baru bisa baca hari ini. Terima kasih membuatkan tulisan khusus buat saya, saya jadi tersanjung. Penjelasannya nyaris juelas. Nyaris karena angka 30 juta itu sapa yang ngitung. Apa itu termasuk mahluk renik di pojok gua, diselipan terumbu karang, dan dibawah selimut es abadi? Saya lagi mimpi makan rawon. Orang didepan saya makan rawon pake tempe goreng anget dan krupuk udang Sidoarjo. Empalnya sudah di glek duluan.

    lha wong dikandani diperkirakan kok. ya, termasuk yang belum kelihatan itu. Rawon? Ooooo di LIPI ada yang jual rawon toh?  😀

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *