Namanya Owa jawa (Hylobates moloch), ya aslinya hanya ada di Pulau Jawa saja, di beberapa gunung-gunung di Jawa Barat hingga Jawa Tengah tepatnya. Lincah berayun-ayun di pohon tetapi langsung mati gaya jika harus turun ke tanah. Di alam, musuh utamanya adalah Macan tutul (Panthera pardus) yang dengan girang hati akan menyantap Owa yang jatuh dari pohon atau kurang waspada pada saat di pohon.
Tetapi musuh terbesar owa sebenarnya adalah manusia, yang menghabiskan banyak tempat hidupnya. Owa jawa adalah salah satu kera paling terancam punah di dunia. Gara-gara Owa ini juga saya lantas plesir ke sebuah kawasan indah yang masih berhutan lebat di selatan kota Bandung.
Adalah sebuah kawasan perkebunan teh yang tidak begitu luas (untuk ukuran kebun teh) yang dikelilingi hutan pegunungan yang masih bisa dibilang sangat baik. Hutan yang juga merupakan rumah bagi beberapa hewan yang sudah langka di Pulau Jawa, selain Owa tadi juga ada Surili (Presbytis comata) yang hanya ada di Pulau Jawa, Lutung (Trachipithecus auratus), Macan tutul, Meong congkok (Felis bengalensis) dan Elang jawa (Spizaetus bartelsi).
Entah bagaimana menggambarkan keindahan tempat yang saya kunjungi kemarin itu. Jika banyak orang mengatakan daerah perkebunan teh di kawasan Puncak sebagai tempat yang indah, sehingga banyak orang rela bermacet-macet berjam-jam hanya untuk menyambanginya, maka tempat yang saya datangi kemarin bisa membuat Puncak mengkeret minder. Negeri di awan, pinjam judul lagu, begitu saya menamainya. Ada keheningan yang membius di sana, lengkingan Owa jawa, lompatan anggun Surili dari dahan ke dahan, Elang ular yang meluncur anggun dan kicauan burung …. priceless.
Lantas, ada apa saja sebetulnya di dalam hutan itu? Itulah yang harus dicari tahu bersama. Apa ada diantara sampeyan yang berminat menelitinya. Jika ada, dan bersedia betah empat bulanan hidup di hutan itu, mari kita lakukan. Kapan lagi blogwalking sembari diiringi jeritan Owa …. oh iya, ada pacet juga di sana.
ha.ha. saya suka penyebutan pacet di akhir acara 😀
horeeee gambarnya kelihatan, makasih pakdhe, seterusnya begini aja ya 😀 **lunjak-lunjak**
Wehe, mbah mbilung, saya baru saja lihat Owa Jawa di kebun binatang ragunan kemarin minggu 😀
anak saya suka sekali pas liat owa jawa ini di pusat primata schmutzer, sampai sekarang kalo liat fotonya pasti bilang “uwa…uwa…”
weh…. ono pacet iku sing marai dadi ngeri… *ada nggak ya hutan tanpa lintah n pacet *
sempat nyoba berayun-ayun jg gak sir? 😀
mbok sayah diajak 😐
waaah…langitnya biru banget, indah. trus bikin gubuknya dibagian mana?
*gag nyambung…
kok baru tahu ada hewan namanya surili. kayak nama orang aja. btw, itu milis badak mau ada acara ke suaka rhino. apa pak mbilung nggak ikutan?
weleh, keycode-nya kok gombal..
ternyata di Jawa masih tersimpan keindahan yang seperti itu y
Huhuhuhu…kapan ya jalan-jalan ke hutan lagi? Jadi inget waktu ke Halimun dulu, bela-belain ke sana salah satunya untuk canopy trail-nya tapi sayang lagi rusak. Tapi lumayan terkesan dengan kemampuan interpretasi sang pemandu di sana.
ayo ayo, tapi gak meneliti, nonton dan menikmati aja 🙂
Mbah.. kalo gak salah ngeliat begituan di Ujung Kulon National park deh.. saking girangnya ngeliat owa… aku dinamain “mama owa” sama teman-temanku….hehehe
hmm…bikin surat resign gak ya?…..aduh aduh aduh
pindah jalur mlototi owa pakde??
fotonya cantik om. Pacet itu sama dengan lintah yang nyedot darah itu nggak ya?
ha julukan saya jaman masih aktip jadi pecinta alam itu “owa ganteng” je, pakde…
gantengnya sih boongan,
owa-nya beneran!!!
indahnya.. priceless..
pakdeeeeeeeeeee ikuuuuuuuuuttttttttttt “nangis gulung koming”..priceless :((
Itu dimana…itu dimana? Bisa tidur-tiduran di rumput juga?
surili di gunung salak masih ada nggak ya, kyai….?
wah… nek 4 bulan gawean ning bandung yok opo rek…??? apa yang bisa dibantu…. negeri di awan udah ada penduduknya ?