Kami Masih Seperti yang Dulu

“Ada apa antara sampeyan dengan ndoro?”, begitu ada yang bertanya. “Mengapa saling serang di blog?” begitu lanjutnya. Sik to le, ini ada apa to? Lha wong saya sama ndoro ya masih seperti yang dulu kok. Paling tidak saya masih mencari damai bersama bayangannya. Untuk itu hatipun rela berkorban, demi keutuhan kau dan aku (dipetik dari lirik lagu lawas “Tak Ingin Sendiri”).

Things aren’t always what they seem. Kata-kata di blog mudah sekali disalahartikan. Apalagi jika tulisan di blog lantas hanya dibaca bagian atasnya, bagian bawahnya, lalu meninggalkan komentar. Lantas, apa itu salah? Ah, ya saya tidak bilang begitu. Pada kenyataannya toh ada banyak cara untuk menyerap informasi yang begitu melimpah di blog. Lantas jika ada informasi tertinggal, itu soal lain. Paman bijaksini bersabda :

ngeblog itu butuh energi dan kesempatan… …apalagi bacanya! 🙂

“Lantas tulisan sampeyan dan ndoro soal “profesi” itu bagaimana?” Read between the lines, tole. Kami toh masih dan akan terus saling mendukung. Perkawanan melalui blog memang unik. Kita seakan tahu apa dan bagaimana sang penulis itu hanya dari membaca tulisan-tulisannya. Seolah tulisan itu adalah satu-satunya perwujudan dari sang penulis. Kepiawaian menulis, walaupun bisa dipelajari, harus diakui tidak merata pada setiap penulis. Belum lagi masalah gaya tulisan. Ini sulit, karena dalam tulisan tidak ada intonasi dan bahasa tubuh yang bisa didengar dan dilihat. Kata seperti “anjing” misalnya, yang memiliki banyak arti tergantung dari intonasi pengucapan dan bahasa tubuh, bisa hanya diartikan sebagai makian kasar.

“Berhati-hatilah dalam menulis”, begitu nasehat seorang kawan. Saya lantas menasehati balik kawan itu, “berhati-hatilah dalam mengambil kesimpulan dari tulisan”. Lagi pula, mana berani saya mengajak lelananging jagat berkelahi. Selain itu, saya toh memang membutuhkan pertolongannya agar studi saya berhasil dan dagangan mie saya laku. Saya juga masih perlu beli pulsa dan beli kudapan.

Hanya itu? Saya juga perlu pertolongannya, siapa tahu kendaraan saya rusak.

bengkel-wicak.jpg

Gambar dikirimkan ke saya entah oleh siapa.

Join the Conversation

38 Comments

  1. setuju dengan paman bijaksini, ngeblog emang butuh energi apalagi membaca…. belom lagi kalo kopdar, selain butuh energi, butuh duit juga pakdhe….
    *loangsung mbukak blognya ndoro*

  2. ya gitulah… kadang orang tidak mengerti arti sebuah persahabatan. Hanya karena bercanda dan sedikit melepaskan kejenuhan sudah dianggap “berkelahi” dan akan melepaskan arti persahabatan tersebut.

    Gak segampang itu saudara-saudara untuk melepaskan sebuah persahabatan. Bukan begitu ndoro dan Pakdhe?

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *