Cowok Bensin

Beritanya bensin, atau persisnya bensin premium, hilang dari pasar di Bali. Bah, berlebihan itu, hilang sih tidak, cuma susahnya setengah mati untuk mendapatkannya. Kalaupun ada di warung-warung bensin eceran pinggir jalan, harganya sudah tujuh ribuan per liter. Dari mulai supir taxi sampai supir ojek mengeluh. Lantas, apa berpengaruh? Ah, yang begini toh sudah sering terjadi.

Teman-teman sekantor yang berkendaraan, sepeda motor maupun mobil, mengeluh berat sejak awal minggu. Toh mereka masih juga datang sendiri-sendiri, bukannya satu mobil diisi empat atau lima orang untuk menghemat. Saya sendiri nyaris tak terpengaruh, lha wong ngantornya masih pakai moda transportasi paling kuno di dunia …. jalan kaki.

Sebagai negara anggota OPEC, secara sederhana kejadian begini bisa jadi bahan ketawa-ketawa. Nanti dulu kawan, urusan OPEC dan bensin hubungannya tidak sesederhana itu. Ini melibatkan mulai dari pengeboran hingga distribusi. Terlalu rumit bagi otak sederhana saya. Baiklah jika demikian, lantas bolehkah saya menghubungkannya dengan pembangunan jor-joran jalan-jalan raya, baik yang melayang maupun tidak, serta baik yang berbayar maupun tidak?

Apa pula itu? Begini kawan, saya berpendapat bahwa kebijakan yang berkaitan dengan soal transportasi darat itu merangsang orang untuk memiliki kendaraan pribadi. Transportasi (darat) umum ada sebagai pelengkap, bukan sebaliknya.

Jahat saya kalau berkata bahwa tidak ada peningkatan di sektor angkutan umum. Hanya saja peningkatan yang terjadi tidak seimbang dengan permintaan yang ada. Apalagi jika bicara soal kualitas. Saya bukan praktisi di bidang ini, tak pandai saya mengulasnya, saya hanya pengguna. Parameter saya hanyalah waktu tunggu dan tingkat kenyamanan yang di dalamnya ada faktor keamanan juga.

Seorang kawan pernah berkata kepada saya, nanti, Jakarta – Surabaya akan dihubungkan dengan jalan tol. “Wuih, lha kok nyimut? Mbok itu kereta apinya saja yang digarap”, saya nyolot. Rel kereta api di negara ini sepertinya makin berkurang panjangnya, sementara lokomotif dan gerbong yang tersedia juga sudah kuno atau bekas pakai. Saya ndak berani, untuk mimpi sekalipun, dalam rentang hidup saya ini, saya akan merasakan naik kereta api sekelas kereta api Shinkansen, TGV, Eurostar atau Maglev di Indonesia.

Sebentar, ini ngomong apa to? Soal bensin di Bali kok ujung-ujungnya kereta api? Wealaaaaah, kok sampeyan itu kayak ndak kenal saya saja, namanya juga ndobos. Sayakan bukan cowok bensin. Lagipula, mau ngomong soal bensin di Indonesia itu apa memang bisa jelas?

Join the Conversation

37 Comments

  1. seandainya suhu udara di indonesia adem-adem semribit mungkin akan lebih banyak orang yang memilih untuk jalan kaki. tapi dengan sinar matahari yang merajam batok kepala, bikin kliyengan kalau harus jalan kaki kesana kesini

  2. gimana kalau jatah ebsi yg buat produksi motor, mobil dialokasikan buat industri becak, sepeda ontel, andong atau yg agak muat banyak ya sepur kelinci yg ditarik sapi itu ndak usah pake bensin jalannya.

    Pakdhe ini kaya ndak pernah ngalami jaman makan nasi bulgur saja *sok tehe*

  3. ngomong2 tentang membludaknya jumlah angkot tanpa disertai permintaan yang juga bertambah, kemarin para sopir angkot berdemo, menyalahkan para pemberi kredit motor dengan uang muka rendah..

    ada-ada saja -_-

  4. pakde, pemerintah kita itu kan bisanya dieksploitasi saja. hehe. bayangkan kemampuan kita adalah “dieksploitasi”, “dieksplorasi”, “dimanipulasi”, pokoknya tugasnya ya sebagai objek/target.
    termasuk “dindobosi” sampeyan lho pakde..

    **ngibrittt

  5. kalo fungsi sudah menuju pada bentuk, orang sudah mementingkan bentuk daripada fungsi, ya akan begini jadinya.
    fungsinya kan agar bisa mencapai tujuan, bentuknya bisa macam – macam. Mau naik kereta api, angkot, Kopaja , metro mini, mobil probadi, sepeda motor, ojek, onthel, becak, apapun terserah. tapi jangan pernah lupa … fungsinya adalah mencapai tujuan.

  6. Beli bensin di Jakarta juga antri panjang…malah ada 2 POM Bensin di gajah mada yg ndak operasi lagi trus tempatnya di manfaatkan sama warga setempat untuk jualan bensin eceran…wah jadi lucu tenan…soalnya saya pernah sekali terpaksa mbeli bensin disitu karena kehabisan bensin pas di situ juga….halah kok jadi ribet…hahahaha

  7. *komen yang tadi ga masuk keknya . . .

    kira2 klo teman2 saya sma baca postingan ini akan omong :
    “gak onok bensin, sing nyaut komen kok 30an seee . . 😛

Leave a comment

Leave a Reply to Hani Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *