Yah, akhirnya menulis soal burung lagi. Lebih baik begitu, daripada dicaci maki Pitik terus-terusan. Saya tidak akan cerita burung yang susah lihatnya, yang gampang saja, ada di sekitar rumah dan sampeyan bisa melihatnya dengan mudah. Burung gereja. Umum, banyak di mana-mana dan sering diabaikan. Cari saja penelitian tentang burung ini di Indonesia, susahnya minta ampun. Beberapa tulisan di milis para pengamat burung juga hanya menyebut Burung gereja sambil lalu saja. Tidak mengundang diskusi yang hangat seperti ketika membicarakan Jalak bali atau Elang jawa.
Kabarnya di Indonesia ada dua jenis burung yang dinamai Burung gereja, yang satu bernama Latin Passer montanus sedangkan yang lainnya adalah Passer domesticus. Saya sendiri belum pernah melihat Passer domesticus di Indonesia. Bedanya secara kasat mata hanya tipis saja, Passer montanus punya bercak hitam di pipi, yang satunya lagi tidak. Ciri-ciri pembeda lainnya agak sulit ditangkap mata.
Jenis burung ini sangat dekat asosiasinya dengan pemukiman manusia. Bisa dikatakan mereka mengikuti ke mana manusia pergi. Sama halnya dengan tikus, kecoa atau cicak. Rumah menjadi tempat bersarang favorit mereka, walaupun aslinya mereka bersarang di lubang-lubang pohon atau di rekahan di tebing-tebing batu. Konstruksi pinggiran atap menyediakan tempat bagi mereka untuk membuat sarangnya.
Perkara sarang ini diyakini sebagai salah satu mengapa Burung gereja (yang domesticus) jumlahnya menurun drastis di Eropa, bahkan dimasukan ke dalam kategori jenis burung yang terancam punah di sana. Disain pinggiran atap rumah-rumah modern di Eropa tidak menyediakan ruang bagi burung ini untuk membuat sarangnya di situ. Kehilangan “slempitan” begini mestinya mereka mencari tempat di pohon-pohon. Tetapi konon mereka kalah bersaing dengan jenis burung lain untuk mendapatkan lubang sarang.
Hanya saja, penelitian terbaru menunjukan hasil yang mengagetkan soal penurunan drastis burung ini di Eropa. Apa pasalnya? Salah satu penyebab utamanya adalah dipakainya secara meluas bensin bebas timbal yang katanya ramah lingkungan itu. Pembakaran bensin bebas timbal ini membuang gas methyl nitrite yang mematikan bagi serangga kecil. Celakanya, itu serangga-serangga kecil yang dihajar buangan pembakaran bahan bakar ramah lingkungan itu adalah makanan utama bagi anak-anak Burung gereja.
Walaupun di beberapa tempat Burung gereja dianggap sebagai hama, tetapi ia adalah pejuang tangguh. Di Amerika Serikat yang memilki aturan ketat untuk perlindungan hewan misalnya, ia termasuk salah satu dari tiga burung yang tidak dilindungi oleh undang-undang. Membunuh, menghancurkan sarang dan telurnya kapanpun, adalah perbuatan yang tidak melanggar hukum. Toh begitu, walaupun jumlahnya menurun, tak ada tanda-tanda burung ini bisa diberantas. Benar-benar jenis yang tahan banting.
Lantas soal nama Burung gereja itu bagaimana? Yang jelas tidak ada hubungannya dengan agama. Cerita-cerita yang saya dengar dahulu mengatakan kebiasaan burung ini membuat sarang di bangunan yang dibuat manusialah penyebabnya. Pada masa itu Gereja yang modelnya nyomot dari Eropa sana, dengan tembok-tembok tinggi (menyerupai tebing) dan adanya rekahan seolah memberikan ruang bagi sang burung untuk membuat sarang. Sesederhana itu saja sih.
Sekarang, cobalah sesekali melihat Burung gereja yang sampeyan temui, perhatikan pipinya, siapa tahun sampeyan beruntung bisa melihat Passer domesticus di Indonesia.
Foto oleh Karyadi Baskoro (Haliaster, Semarang).
horeeee!!!kembali ke khitah!!!
dan burung gereja merupakan burung yang murtad, soale sering main ke mesjid juga..
woooooo Hidup Pakde….!!!
ah nyobain liat pipi burung gereja…nyari peruntungan :))
tambah: manuk-e lagi nggitik!!
itu skrinsut bokep manuk? 🙂
Lantas, kenapa di daerah perkotaan jenis burung ini jarang terlihat pakdhe?
Videonya ada gak? halah
Lapor… Ditempat saya masih banyak sekali burung gereja..
sekeluarga ga ya ama emprit?
gambar ilustraine ikuloh….
iso ae sampeyan pakdhe…kekeke
Ntu skrinsut kok mirip ma burung pipit?? *eh ini bukan burungnya si pipit kan y??*
kirain ngomongin burung lagi ML
😀
cara moto nya burung lagi ML ini gimana yach ????
gak bisa mbayangke potograper nya pencilakan naek pohon….
Sy dulu pas msh kecil pakde, bingung. Ini burung gereja kok sliweran di masjid. Wakakak..
Manuke saruuuu 😀
Kalo di tempat saya disebut manuk gelatik, sama dengan burung gereja ga Pakdhe?
poto ne apik tenan pakdhe, eh iya itu masalah oryx gak sekalian aja di angkat pakdhe ?
lantas kenapa dinamakan burung gereja? 😕
kawin
Estridildae.. cantek ya namanya.. kalo sama manuk ‘srinthil’? seduluran ato sama?
kapan nulis ttg manyar, pakde? nang bali enek gak?
wah. cantiknyaaaaa 🙂 saya akan lebih sering memperhatikan burung-burung itu mulai sekarang 😀
request boleh?
pengen tau cerita soal burung yang suka berbunyi “pikk…piikk…pikkk…”, yang katanya suka terdengar dekat rumah orang yang mau meninggal
>> berasa rikues ke situs dongeng horor aja
wah rumah saya masih banyak bgt manuk nemplok, lho pakde^^
surga dunia itu.
pagi2 bangun tidur ngalamun di pinggir kolam, smb dihibur cruwit2 kayak ngingu manuk wae pdhl itu bebas^^
btw, mauk kawin ki koyo ngono to….
tumpak2an trus…. ???
*sulit mbayangin adegan selanjutnya*
kirain itu poto burung lagi kawin…
Kenapa sih anunya cowo dinamai burung?
ploceus manyar, pakde. kiro2, nek sawah sekitar endi nang bali? nek manyar emas (ploceus hypoxhantus) agak mudah ditemukan di perbatasan jogja-purworejo, persisnya di jatimalang, setidaknya kata beberapa temanku yg asalnya dari situ yg bahkan sempat piara jenis manyar emas.
lho.. lha pipinya burung tu yg sebelah mana?
:S
hahaaa… aku juga pernah dapet foto begituan:
http://mimimama.blogspot.com/2008/02/manuk.html
😀
wuih … edan manuke tumpak tumpakan … 😀
nyampein pertanyaan titipan, burung manyar di bali bisa dilihat dimana, pak? hihihi..ada yang terobsesi soale.
burung romantis….selalu ada dalam lagu, dalam video klip, dalam film, dalam puisi ;))
tapi bercak hitam di pipi…tahi lalat maksudnya? :p
manuke sampean karo manuk grejo kui gede endi pakde?
*ngilang dengan segera*
manuke anjing laut?
ha pipine ireng kabeh, kyai…. ora ana sing rada mrusuh, je…
kayaknya di desa suamiku ini masih banyak dhe. setiap pagi ribut saja. apalagi di musim sekarang yg halaman depan rumah serangganya masya allah banyaknya.
sebuah kenikmatan yg musti aku syukuri.
juga karena di sini ndak ada tangan gratil yang suka nembak burung. karena sungguh, halaman depan rumahku itu banyak sekali burung-burung kecil yg nyari makan. sambil bercericit ndak ada habisnya.
kalo burung semacam burung gereja tapi bulunya warnanya ijo dan matanya dilingkari warna hitam namanya apa dhe? di sini orang nyebutnya meguro. aku suka sekali burung kecil satu itu.
ada poto manuk kejepit pakdhe..?
apakah ini yg disebut:
Passer domesticus
http://www.flickr.com/photos/si_pengelana/2580644448/
Passer montanus
http://www.flickr.com/photos/si_pengelana/2574746601/
kalau benar, berarti saya beruntung karena ada ribuan disini, yg selalu bermain dan berkicau di depan rumah 🙂
fotonya dari Dar es Salaam, Tanzania.
satu lagi:
http://flickr.com/photos/si_pengelana/2418711888/
di kampung sini masih buanyak burung gereja om, di sekitar rumahku saja ratusan 😀
yang burung meguro itu dhe?
ukurannya kek burung prenjak kali ya.
bulunya ijo lumut. senengane luncat-luncat. di pohon dhe (kebetulan banyak pohon besar di halaman rumah dhe).
bisa ditemukan di rumahku di musim semi dan panas ini.
mereka mungkin sedang cari makan juga dhe. dan biasanya sih datengnya gak sendirian. kadang ber3, ber4. saat aku nulis inipun, di halaman rumah ribut sekali, tapi bukan burung gereja. denger gak dhe?
pernah nyoba mo motret, tapi gak pernah bisa. burungnya lincah banget sih …..
iya dhe, aku tinggal di jepang, di kanagawa, di desa samukawa. kata suamiku burung ijo itu namanya meguro. tapi ya ndak yakin juga sih dia. wong burung besar berekor panjang berbulu biru keabu-abuan dan bagian perutnya putih yang cantik tapi ndak bisa bernyanyi yang sering nongol berombongan di depan rumah saja dia ndak tau namanya je. hehehee …… oiya dhe, yang pemakan madu itu yg gerakan sayapnya cepet banget dan punya paruh panjang melengkung itu? di sini juga ada dhe. tapi gak setiap saat. bahkan kitsutsuki (woodpecker) juga pernah beberapa saat nuthuki pohon di samping rumah.
birdwatching po di rumahku sambil ngopi? :))
kang…burung gereja takut ke mesjid…soalnya sieun di sunatan:))
*ngakak baca komen Irma*
Sy lebih suka celah2 rumah dipake rumah burung gereja drpd rumah tikus. Kalo pagi ada cuit.. cuit.. yg merdu.. Ah senangnya.
PACE!!!
*dadah2 sama Elmogram*
dem. dia nyasar disini…
kalu burung gereja yang ke mesjid bukan murtad namanya, tapi karena burung gereja tahu bagaimana rasa solidaritas sesama umat beragama
kapan ya mas burung gereja itu istirahatnya? truz cari makannya dari jam berapa sampe jamberapa ya. d blz y mas.thanks b4
Saya juga penasaran Mas, koq kagak ada yang neliti perubahan distribusi Passer montanus melalui introduksi tak sengaja. Kita tahu burung gereja ini punya nama lengkap burung-gereja erasia. Jadi persebaran aslinya ya di Eropa dan di Asia. Dulu batas persebarannya di wilayah oriental adalah kawasan Sunda Besar. Dan tidak ditemukan di kawasan Papua. Sekarang, persebarannya mulai merambah wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Konon karena terbawa oleh kapal yang mengangkut beras kiriman dari Bulog ke gudang-gudang dolog di kawasan timur Indonesia. Tahun 1999 saya melihatnya di Sangihe dan Talaud. Tahun 2004 saya belum pernah menemukan Passer montanus di Tanimbar, tapi pertengahan 2005 burung itu mulai terlihat di sekitar kawasan pelabuhan Saumlaki. Tapi tidak pernah sempat memotretnya. Kalo teman-teman kebetulan berada di wilayah Maluku dan Papua dan hunting foto burung di sana, coba perhatikan wilayah pelabuhan dan areal sekitar pemukiman, terutama yang di dekat gudang Dolog. Kali aja ada burung gereja pendatang baru yang sebenarnya menarik untuk difoto.
Kang, kalo mengenai home range dari burung gereja itu sendiri berapa luas, sih? Terus kalau ada datanya carinya dimana ya?
Susah banget!!!
Bener juga sich…kapan dia berhenti ataupun istirahat?…