Gage ada mengirimkan sebuah foto binatang kepada saya yang dipotretnya pada saat sedang tetirah bersama kawan-kawan blogger lainnya ke Taman Safari di Cisarua, Bogor. Ia meminta saya untuk mencari tahu, apa nama binatang itu. Saya bukan ahli mammalia, tetapi saya tahu itu kira-kira species apa. Tidak sulit, tinggal cari-cari saja sedikit. Hasilnya, saya terkejut. Sangking terkejutnya, saya meragukan hasil dari apa yang saya temukan itu. Hingga sekarang, masih belum bisa menemukan bahwa apa yang saya temukan itu salah.
Jika pergi ke Taman Safari, kebanyakan orang memang lebih tertarik dengan Gajah, Badak, Singa, Harimau, Jerapah dan binatang-binatang “karismatik” lainnya. Sehingga binatang lain yang kurang publikasi (sehingga tidak dianggap sebagai “satwa selebritis”) menjadi tidak terperhatikan. Toh sebagian orang yang datang ke tempat itu memang bertujuan untuk menonton binatang, senang-senang, foto-foto, pikinik, makan-makan, bermain komidi putar, dan untuk itu semua tak perlulah tahu soal ini itunya binatang yang sedang mereka lihat. Singkat kata, itu satwa ya hanya sekedar jadi tontonan saja. Untuk belajar? Hmmmm … masih bisa diperdebatkan soal yang satu ini. Apa ada yang bisa mengajari?
Kembali soal foto dari Gage. Itu foto dari Scimitar-horned Oryx (Oryx dammah) berasal dari Afrika, atau jika hendak dialih bahasakan ke Bahasa Indonesia mungkin bisa jadi Oryx tanduk-sabit. Lantas apa istimewanya dengan si tanduk sabit itu? Berdasarkan tingkat seberapa terancam punahnya, maka mahluk hidup dibagi ke dalam 4 golongan besar. Yang baik-baik saja kondisinya, kemudian yang Terancam Punah, lantas yang sudah Punah di Alam Aslinya (Extinct in the Wild) dan yang terakhir Punah (Extinct), lenyap dari muka bumi ini. Si tanduk sabit itu berstatus Punah di Alam Aslinya. Satu langkah lagi, lenyaplah dia dari muka bumi ini. Saat ini yang pasti si tanduk sabit ini ada di beberapa kebun binatang, sementara di alam aslinya mungkin sudah punah, walaupun mungkin masih ada sejumlah kecil hidup di Niger dan Chad.
Ini amat sangat istimewa, karena dari seluruh mahluk hidup yang telah diketahui ada di muka bumi ini, hanya 38 spesies yang masuk kelompok Extinct in the Wild. Kelompok Extinct in the Wild ini di dominasi oleh kelompok ikan bertulang (Actinopterygii) dan Keong/Siput (Gastropoda) masing-masing dengan 13 spesies. Untuk hewan menyusui (Mammalia) ada 4 spesies dalam kelompok ini. Hal tersebut membuat si tanduk sabit “lebih istimewa” dibandingkan dengan para satwa selebritis.
Sang tanduk sabit dimasukan dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), sebuah konvensi yang mengatur “Trade” satwa antar negara di mana Indonesia adalah anggotanya. Appendix I secara gampang bisa diartikan sebagai daftar spesies yang tidak boleh di”Trade” kecuali untuk kepentingan penelitian misalnya. Trade itu sendiri dalam konvensi diartikan sebagai semua kegiatan “export, re-export, import and introduction from the sea”.
Pertanyaannya sekarang, jika tebakan saya benar bahwa hewan yang difoto itu adalah Oryx dammah, bagaimana sang tanduk sabit ada di Taman Safari? Untuk penelitian? Siapa peneliti Oryx di Indonesia? Lantas apakah semua kegiatan ini hasilnya bisa dilepas kembali ke alam aslinya sehingga ia tidak punah di alam dan hanya ada di kebun binatang saja? Mungkin ada dari sampean yang bisa menjawab soal ini, saya sekali lagi bukan ahli mammalia, saya bisanya mainan burung saja.
Foto oleh Gage.
>> Selamat akhir pekan Ki Sanak. Kapan sampean punah? *Ndorokakung mode on*
Dari kesemua pertanyaan itu tak satupun saya bisa menjawab…
Ternyata kadang kita tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang berharga dan unik di sekeliling kita
wahh…keduax….senangnya bisa masuk 2 besar komen di bloger selebriti..mengalahkan satwa selebriti pakdhe
meh mirip wedus yah?
waahhh moso? beneran itu langka ya?!
kesebut ndak ya istilah ‘langka’ itu oleh si bapak pemandu? saya lupa 😛
wah panjang juga ya….
Panjang tanduknya..
@mbakDos, kayaknya engga deh. Sibapak pemandu cuma menyebutkan itu tanduknya diburu sama orang Arab buat sarungin pedangnya
ada apa gage dan mbakdos?
*sepetinya gage lagi berusaha menghindari kepunahan?*
@bangsari
kompor mode On ya ?? mo ‘menciptaken’ pasangan blogger baru ?
klo gitu… setujuuu…. :d
*ngabur sebelum di timpuk gage*
Wah jadi kangen baca postingan seribu intan-nya neh 😀
dan seharusnya binatang ini benar-benar dilindungi, kalau bisa dikembangbiakan… 😛
eh benar pakdhe cuma maenan burung aja?? 😮 *yang lain kok gak disebutin?*
:d ngulang lagi komentar tadi….cuma pernah liat binatang jenis ini di buku2 cerita.
wah, detil banget jawabannya. keren sekali… salam kenal…
*bloger serius mode:ON
nah inilah fungsinya blog dan networking antar bloger…
*bloger serius mode:OFF
Mungkin bisa di cross check ke kelompok peneliti Kambing Tanduk Sabit itu saja, Pak De.. Apa ada affiliasi mereka di Indonesia?
Si Kambing Jantan tau ga ya soal ini?
*kriuk*
jadi, skrg pakde terima orderan mencari ketengan fotokah? *ngumpet sebelum liat pakde melotot*
quote : “….saya bisanya mainan burung saja.”
(membaca dg expresi takjub..)
harusnya sang pakar itu belajar dari pakdhe ndobos soal riset foto kekeke
itu kalo disate apa seenak sate kambingnya casmadi ya pakde?
mungkin ya biar ndak punah itu pakdhe.. Tapi ko ditaro di kebon binatang ya?
titipan dari pejabat kali pakdhe **teori konspirasi mode**
tak pikir tadi itu anoa…
tak pikir ini burung jenis baru..
disebut antelop saja, bisakah?
*pernah dapet figurin antelop dari Dancow Instant jaman dulu*
@dita , emang disebut antelope
pakdhe, mungkin mereka gak sadar, atau salah .. jadi kapan kita ke TSI
gak sadar klo itu orxy dammah, soale si pemandu bilang klo itu di pake buat sarung pedang
bkn anoa yah ?
gemblung mode : ON
disate enak gak ya…?
cantik sekali yah diaaaa…
Oryx sama antelope apa bedanya yah ..?? 😀
oohhh…. ternyata begitu.. -manggut-manggut-
…duapuluh taun yll, kalo si Mas ini nemu binatang langka terancam punah dikandangin begini bawaannya pasti ‘mecucu mode on’ , trus nggrundel ngancem mau njebol kandang biar binatangnya lepas… *kekekekek*
mbeknyah lucuuu… 🙂
Saya ndak tahu jawaban atas pertanyaan sampeyan, Sir. tapi cuma mau nanya, beneran itu keong termasuk hewan yang sudah punah di alam aslinya? Tapi di sawah-sawah itu, masih banyak keong. Kalau si mbak pulang ke Cianjur, saya masih suka pesan dibawain keong.
tai-nya ‘srinthil’ juga? 😀
mukanya mirip kambing, tp tubuhnya mirip sapi. tanduknya mirip impala. ini kambing gunung kali..
Jangan keras-keras Pakdhe! Bisa bahaya kalo Taman Safari tau sang tanduk sabit itu langka. Dijual laku berapa ya?
*Stttt….Stttt…..*
Nanya balik. Apa udah pernah ada satwa di kebun binatang atau TSI yang dilepas kembali ke alam? Lagian, dilepas juga belum menyelesaikan persoalan…. hehe….. Jadi inget film ‘Madagascar’
kalo disembeleh lalu disate lalu dikecapi lalu dimakan pake nasi putih anget… ya rasanya sama saja mirip wedhus… mungkin…
walaaaa…gimana nasibnya oryx di situ? Mungkin si oryx cukup rendah hati sehingga mau diperlakukan sederajat dengan rekan-rekannya. Tidak mau diistimewakan. Lha ndak diistimewakan gimana, temen-temennya tinggal dikit gitu. Trus njenengan cuma masang foto aja? *ngomporin*
walah, pakde, saya sendiri bahkan ndak yakin klo binatang di atas benar2 binatang.. hidup terlalu lama di tengah kota Bandung yg sekarang (makin & terlalu sumpek) membuat saya hanya bisa lihat gambar binatang lewat majalah bobo …
—
ah anyway .. saya belon mau punah dulu deh .. hehehehe
cantik ya.. 🙂 *dah lama banget gak ke taman safari*
itu ada berapa ekor di taman safari? mungkin bermaksud untuk dilestarikan pakdhe…mengingat sudah hampir punah dia…
Namanya bagus ya 🙂
Banyak spesies di alam habitatnya punah, semua karena ulah manusia.. seperti halnya di negeri si bau kelek ini. Miris kalau melewati sebuah pasar yang dilaui setiap pagi, namanya Duala Market – disana banyak sekali diperdagangkan daging2 hutan – mereka menyebutnya: “Bush Meat”.
Ada monyet, Kijang, terus sampai ke Trenggiling dan mahluk merayap lainya di hutan Liberia. Pendidikan lingkungan adalah penting, karena dengan hilangnya mereka dari peredaran sudah pasti rantai makanan dan mausia yang berada didalamnya pasti terganggu.
Semoga si Oryx Tanduk Sabit ini bisa terus berkembang biak di Taman Safari. Thanks for sharing the awareness.
Sir, njenengan sungguh mengerti segala macam jenis binatang, bukan hanya burung ternyata.
*takjub mode on
saya cuma mau bilang : How beauty she is….
Sy gak tau apa nama hewan itu tp kmgknn cara ngedapetinnya dgn cara barter sesama hewan langka di Indo Sir. Jd mmg buat koleksi kebun binatang.
Sayang ya udah jauh2 dr Aprika gt disini dicuekin. Mustinya buat pendidikan lingkungan tuh. Pengenalan sm anak2 kt. Betapa beranekaragam spesies di dunia. Tp kalo kt tdk hati2 bisa2 punah.
Satu hal yg penting adl tahukah kita bahwa di Ind jg ada hewan2 yg SUDAH PUNAH spt trulek jawa dan harimau jawa. Kmdn hewan2 yg TERANCAM PUNAH jg banyak. Nah kita tau tdk apa2 saja satwa lokal di negara kita yg terancam punah?
Masa besok anak kt cuma tau gajah dr gadingnya doang? Orangutan dr gambarnya doang? Harimau dr belangnya doang?
Trus kesadaran akan keberadaan mahluk lain dlm hdp kt itu pntg jg lo Sir. Alam itu kan diciptakan dgn dinamikanya tp semua seimbang. Nah kalo ada hewan yg punah, kepunahan manusia jg tdk lama lg. Sebab logikanya hewan punah krn tdk punya rumah dihutan. Nah kl tdk ada hutan, tdk ada penghasil oksigen dan penyerap karbondioksida. So.. Memang kepunahan manusia tergantung pd manusia sdr.
“Lha kok sy malah nge blog disini to? Pulang ah. Pamit Sir”
Barangkali yang bisa jawab pertanyaan Sir Mbilung adalah orang-prang yang ada di:
Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati,
Direktorat Jenderal PHKA,
Departemen Kehutanan RI
Gedung Manggala Wanabakti, Blok 3 lantai 7
Kalo gak dapat jawaban juga, berarti harus tanya langsung ke Pak Tony Sumampau di Taman Safari Indonesia Kang…
berapa meter yach..panjang tanduknya??/