Sadomasokis

pesawat.jpg

Bagi banyak orang, bepergian adalah aktivitas yang menyenangkan. Baginda JengJeng lebih ahli berkata-kata dalam soal yang satu ini. Saya harus mengakui, awalnya bepergian adalah aktivitas yang menyenangkan hingga pada satu saat aktivitas ini mulai dirasa menjengkelkan dan kalauΒ  bisa dilempar saja ke teman yang masih bisa dikelabuhi dan saya mulai berpikir untuk pensiun.

Seorang kawan yang kerjanya heran bertanya dengan nada heran ke saya “lha kok sampeyan mau pensiun to?”. Saya bisa mengerti kenapa dia heran, toh saya masih imut-imut serta masih dalam usia produktif. Waktu itu saya berpikir, sudahlah, cukup, lagi pula saya sudah merasa lelah, terutama lelah bepergian. Kawan heranan memang sempat melihat jadwal bepergian saya, dan dia hanya berkomentar “mbok inget umur, sampeyan apa mau tanding adu fisik lawan pramugari?”


Semasa kecil dulu, saya pernah bercita-cita untuk mengunjungi banyak tempat di dunia. Jika ada yang bertanya apa yang saya inginkan, maka keliling dunia adalah jawabannya. Bapak saya sering bepergian, tetapi tidak pernah sekalipun mengajak anak-anaknya. Dia hanya membawa foto-foto hasil klayabannya saja. Fotonya dengan gaya wagu pol di pantai Brighton yang berbatu adalah salah satu foto yang paling saya ingat. “Suatu hari nanti, saya akan berfoto di tempat yang sama dengan gaya yang sama”, begitu pikir saya.

Pada akhirnya semua terlaksana, termasuk berfoto di pantai Brighton dengan gaya bapak saya itu tadi. Tuntutan pekerjaan mengharuskan saya banyak bepergian, malah pernah mengharuskan saya untuk menetap di negara lain. Lantas saya digelari manusia koper karena seringnya bepergian. Sering memang saya tidak sempat membongkar isi koper sepulang bepergian karena perjalanan berikut sudah menanti. Mau nggaya? bisa juga … kolor bekas pakai di Tokyo, baru sempat dicuci di London. Isi perut juga demikian. Apa yang saya kunyah di Paris baru sempat dikeluarkan di Manila. Perkara bakteri pengurai kotoran jadi bingung, itu urusan mereka, bukan urusan saya. Terlalu memang.

Baiklah, apa-apa yang berembel-embel “terlalu” itu memang tidak sedap. Lirik sebuah lagu dangdut dengan pas menggambarkannya … yang sedang-sedang saja. Hal ini juga berlaku bagi kegiatan bepergian. Saya bisa mengangguk gencar tanda setuju soal satu ini. Singkat kata, saya lelah terutama secara mental, dan saya berpikir untuk pensiun barang sejenak.

Dua tahun yang lalu, di akhir Januari 2006 saya memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai orang kantoran, meninggalkan Tokyo, pulang kembali ke Indonesia dan hendak leyeh-leyeh. Sebuah keputusan dahsyat bagi saya yang bermental pegawai … orang gajian. Agar lebih jumawa saya juga berniat memasang papan bertuliskan “Tutup, Sudah Kaya“.

Mungkin karena doa kurang spesifik, sejenak yang saya minta, sejenak yang saya dapat walaupun definisi sejenaknya berbeda. Manusia memang mahluk yang membingungkan, doa dikabulkan salah, tidak dikabulkan menggerutu. Lantas saya kembali bekerja dengan frekuensi bepergian yang nyaris sama untuk memenuhi panggilan ibu pertiwi yang meminta saya mengabdi kepada nusa dan bangsa demi kejayaan negara.

Soal lelah bagaimana? Ya masih tetap setia menemani. Lantas bagaimana? Entahlah, terima saja, saat ini saya sedang belajar cara menikmati kelelahan mental dan bergembira ria dengan hal tersebut. Mungkin saya harus berkonsultasi dengan mbakyu sadomasokis.

tambahan: tulisan ini saya dedikasikan untuk dewi, novi dan uka yang ndak pernah mrengut mengurusi jalan-jalan saya.

Join the Conversation

34 Comments

  1. Saya juga pengen pakdhe..

    Tapi saya lebih pengen lagi punya pasangan yang setia, yang ketika kita diharuskan untuk keliling dunia, hati ini tetap tenang meninggalkannya. Dan semua tugas bisa terlaksana..

    Sepertinya pakdhe sudah punya..dan saya ngirii..

  2. (cozy) banyak yg ngiri sama pakde, termasuk aku, hehehee :mrgreen:

    biar ga jenuh, tiap ke bandara, nyangking teman seperjalanan. bisa digilir, hari ini sama zam, besok sama momon, lusa sama aku, next ma choro, etc. teruuuus gt, di rolling. dijamin ga jenuh deh.
    *siap2 perbarui paspor*

  3. Kayanya ide nggantung tulisan “Tutup, Sudah Kaya” itu seru Sir Mbilung. Saya tiru2 ah, sapa tau nggantung tulisan dulu, nantinya bisa dapat perjalanan kemana-mana… iYes!

  4. Kanjeng MacNdobos, nek sampeyan sudah lelah jalan-jalan, trus pengen pensiun, mbok daftar caleg atau capres wae, biar kaya Sultan Yogya itu lho. Barangkali ada nuansa lain. Kan lagi musim caleg and capres.

  5. saya punya mimpi yg sama kayak pakde. jalan2 keliling dunia.
    oya, di satu milis yg saya ikuti, jg ada org yg kaya pakde, begitu sering bepergian sampai capek sendiri. mungkin sesuatu yg jd rutinitas memang tak terhindarkan berubah jd kebosanan.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *