Sirip Hiu

great-white-shark.jpg

Ini bukan soal perut yang lapar lantas perlu diisi, mungkin soal selera. Tetapi bagi saya, ini lebih soal gengsi. Perkara di belakang itu ada soal kekejaman, bisa jadi itu adalah soal yang (di)lain(kan). Baiklah jika persoalannya hendak dipisahkan, maka saya tidak akan bicara soal selera dan gengsi, hanya soal kekejaman (inipun ukurannya relatif). Ini soal memakan sirip hiu, yang kabarnya berharga mahal per porsinya.

Proses mendapatkan sirip hiu buat saya kok ya kejam. Hiu yang tertangkap masih hidup itu, lantas siripnya dipotong, dipisahkan dari badannya. Hiu yang tidak lagi bersirip dan masih megap-megap itu lantas dibuang kembali ke laut dan mati perlahan-lahan. Tanpa sirip, hiu tak mampu berenang dan tanpa berenang hiu akan mati tercekik karena (banyak) jenis hiu harus berenang agar insangnya mampu mengambil oksigen yang terlarut dalam air. Kenapa hiu tak bersirip dibuang begitu saja, dagingnya apa tidak dimanfaatkan? Ada sih yang dimanfaatkan, tetapi harga daging hiu biasanya sangat rendah sehingga dianggap tidak menguntungkan untuk dijual (dibandingkan dengan ongkos tangkap dan angkut).

Lantas ada berapa hiu dalam setahun yang harus diamputasi begini saban tahunnya? Sulit mencari angka pasti, hanya saja angka perkiraan yang ada menunjukan angka yang haih-haih, lebih dari 26 juta hiu bahkan mungkin lebih dari 70 juta.

Sebagai mahluk omnivora (pemakan segala macam), selera sebagian manusia memang kadang mengerikan bagi sebagian lainnya termasuk dalam hal memakan sirip hiu. Hiu sendiri, yang sering digambarkan sebagai mahluk kejam dan haus darah (tepatnya lapar daging) memiliki peran penting untuk menjaga keseimbangan kehidupan di laut. Sebagai pemangsa di puncak piramida makanan (top predator) di laut, hiu mengendalikan populasi hewan-hewan laut mangsanya, itu tugasnya. Lantas dalam hubungannya dengan hiu, tugas manusia apa? Mengirisi sirip hiu hidup-hidup atau melestarikan hiu?

Gambar diambil dari sini.

Join the Conversation

35 Comments

  1. hiks iya pakdhe…
    udah denger info ini sejak kapan. saya pernah lho pakdhe, riwil sama seorang temen begitu tau dia penggemar sup hisit.

    buat aku, proses ini menggambarkan kemaruknya manusia cuma utk nuruti gengsi dan taste (??). dan makanan2 begini ini kan yg bisa nikmati cuma mereka yg berkantong tebal.
    taruhlah spt cakar beruang, otak monyet, zakar harimau, etc etc. *aku punya resepnya utk makanan dg bahan baku cakar beruang dan zakar harimau tuh, dpt dr majalah. pengen tak sobek2 itu redaksinya*

    selain alasan kekejaman, ya itu, alasan keseimbangan ekosistem, menjaga mata rantai lingkungan.
    huh… *prihatin bgt*

    kl gini, rasanya pengen jd vegetarian. πŸ™
    tp masih gampang tergoda sate kambing, ayam goreng, bebek bakar ki…

  2. @chic
    alasan itu ga bisa jadi pembenaran…
    karena kl itu alasannya, dengan meneliti kandungannya, mustinya bisa dapat subsitusinya.
    katakanlah berkhasiat utk mengobati flu, ga enak badan, lbh berstamina, etc etc…kan itu bisa didapat dr sumber daya alam lain spt misal tumbuhan dan buah2an *prihatin lg*

  3. saya sendiri gak suka makan hewan-hewan yang jarang dikonsumsi seperti kelinci, kura-kura, atau ular. gak suka aja. lebih baik makan yang biasa-biasa aja seperti sapi, ayam dan ikan yang pasaran. 😐

  4. sangat setuju kalau omnivora sejati adalah manusia
    bukan sekedar beda makan daging atau tumbuhan
    tapi yang dimakanpun diberi tekanan pemaknaan selera bahkan khasiatnya, kali ini memang sirip hiu, lain waktu cula badak, air liur walet, bahkan tangkur, hingga embrio yang direndam arak untuk obat kuat . . .
    bisa jadi memang hanya sedikit yang percaya mithos selera dan khasiat ini, tapi selama mampu menguatkan permintaan pasar, maka ini akan menjadi bagian kuat peradaban manusia . . . !

  5. pernah ga orang2 itu membayangkan posisinya dibalik. Kaki tangannya diamputasi untuk dimakan tuan harimau?
    ga bisa nyari makan lagi kan? akhirnya mati pelan2 ala hiu.

    *serem sendiri baca komenku*

  6. saya dikasih tau tika soal ini,.
    dan tika jadi pinter gitu karena dikasih tahu pak de… πŸ˜€

    Di bandung saja, yang konon jauh dari laut,..
    banyak warung sea food mnawarkan hidangan hiu..

    katanya sih “rasa bintang lima, harga kaki lima..” gitu pak de..

  7. Dulu kita takut hiu. Bahkan sampai dibuat film yang mengisahkan bahwa hiu adalah makhluk paling menakutkan.

    Sekarang… mungkin para hiu juga sedang membuat film tentang manusia yang menakutkan.

  8. lha iyo, yang aselinya hama itu siapa?, mereka atau kita (manusia), manusia yang beranak pinak kayak trewelu, makan berton-ton gabah, kita lah yang hama buat mereka!

  9. Kebanyakan dari kita tuh PERCAYA sama apa yg belum tentu ketauan sih.. misalnya, katanya sirip hiu bisa bikin berstamina.. Lah.. gak usah jauh2 tong! Lari pagi aja 4 kali puteran di komplek sendiri, betis juga jadi lebih kenceng..

  10. KEJAM !!! sekarang saya menjadi seorang vegetarian. Memakan sapi dan ayam saja merasa bersalah apalagi sirip hiu. Cuma orang-orang tolol yg greedy yg bertindak seperti itu. Saya pernah lihat cara pengambilan sirip hiu. Memang langsung dipotong walau hiu tersebut masih hidup. Kejamnya manusia. Saya punya niat untuk membuat suatu perkumpulan yg melarang perburuan hiu takut2 hewan ini menjadi langka. Ada yg punya masukan ?

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *