Rumah (sakit) Belajar

Ini semua gara-gara salah satu jeroan saya ngadat dan perawatannya tidak dapat hanya sekadar dilakukan di rumah yang tidak sakit. Oleh karena itu saya diharuskan untuk menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit di Bogor. Tidak mengapa, hitung-hitung istirahat. Eh … sebentar, kok istirahat? Walaupun ini bukan kali pertama saya harus menjalani rawat inap di rumah sakit, tetapi rawat inap kali ini lebih bernuansa belajar, bukan istirahat. Berikut beberapa pelajaran yang saya dapatkan :

Mengusir kucing dari kamar. Ini bukan perkara sepele terutama jika ada selang infus menancap di tangan kiri, sementara tangan kanan harus memegang kantung cairan infus setinggi mungkin. Mudah saja sebenarnya, buka saja pintu, lalu kejar kucingnya, niscaya sang kucing akan terbirit-birit lari keluar. Itu jika pintunya bukan pintu ndableg, yang kalau dibuka lantas maunya menutup dengan sendirinya. Setelah segala taktik konvensional saya jalankan dan sang kucing masih saja bertahan di dalam kamar, akhirnya dengan menggunakan cara yang awalnyaΒ  tidak terpikirkan sang kucing berhasil dikeluarkan dari kamar. Lalu, apa rahasianya? Pencet saja bel untuk memanggil perawat.

Membunuh nyamuk. Entah kenapa ada banyak sekali nyamuk di kamar rawat inap. Para perawat bahkan menawarkan untuk menyemprot kamar dengan obat nyamuk, yang saya tolak. Menepuk nyamuk juga bukan pilihan bijak, lha wong tangan kiri saya ditancapi selang infus. Jawabannya adalah raket listrik. Selain mampu mengurangi jumlah individu nyamuk, barang satu ini entah mengapa sangat menghibur naluri purbawi saya. Bau nyamuk gosong seolah menjadi aroma kemenangan.

Mengenali pesohor publik. Ada sebuah televisi di kamar rawat inap saya (televisinya berwarna lhoooo … ), walaupun hanya untuk menonton saluran tidak berbayar (bukan saluran TV kabel atau satelit). Saya harus mengakui bahwa saya kurang gaul jika sudah berkaitan dengan dunia artis. Di bawah bimbingan si menthel ituh yang menemani saya praktis sejak saya masuk rumah sakit, saya jadi tahu wajah dan nama beberapa orang yang mestinya terkenal itu.

Buku atau majalah adalah sumber ilmu yang menghibur. Ya, di kamar memang ada televisi dan saya juga masih bisa online, tetapi sering saya ingin menghibur diri dalam kesunyian (aih sedaaap). Buku atau majalah adalah jawabannya. Saya punya waktu untuk menyelesaikan beberapa nomor majalah National Geographic yang sudah lama tak sempat dibaca. Si menthel ituh bahkan sudah menyelesaikan buku The Last Concubine setebal lebih dari 600 halaman.

Keragaman makanan. Membawa buah tangan bagi si sakit mestinya dapat menjadi hal yang menyenangkan bagi si sakit. Tidak selalu begitu sebenarnya jika buah tangan yang dibawa berupa makanan dari jenis yang kira-kira sama. Apalagi jika makanannya adalah makanan yang tidak tahan lama atau makanan yang dipantangkan oleh dokter. Saya sendiri menerapkan jurus “yakin”, maksudnya yakin dibawakan buah tangan. “Nanti kalau ke sini bawakan saya lengkeng” atau “nanti bawakan saya pempek“. Jika bingung mau minta apa bilang saja “ndak penting enak, yang penting mahal“. Perkara yang dimintai kelimpungan mencari barang pesanan, itu urusan dia. Mungkin di masa datang perlu juga diberi pengumuman : Dengan tidak mengurangi rasa hormat, alangkah baiknya jika buah tangan yang akan diberikan tidak dalam bentuk barang atau karangan bunga (lha saya kan ndak makan kembang).

Perawat. Mereka ini orang-orang yang luar biasa yang pekerjaannya tidak hanya pekerjaan yang secara langsung terkait dengan hal-hal medis. Dalam kasus saya, para perawat juga menjadi semacam satpam kamar yang mengingatkan banyak hal seperti “pintu teras jangan lupa dikunci” atau “hp-nya jangan ditaruh sembarangan“. Kadang mereka mengingatkan secara tidak langsung … dengan bertanya “sudah mandi?” atau “ini kamar kenapa jadi warnet?

Jadi begitulah, dalam kasus saya, masih ada banyak hal yang bisa saya pelajari dengan menyenangkan di rumah sakit.

Join the Conversation

49 Comments

  1. Lha piye to, sakit kok posting. Tapi hebat, ada tipi berwarna. Iri betul saya. Hikmah tentu ada: selama di RS, skill mainin raket meningkat. Ada juga sih mudaratnya: si menthel jadi belajar untuk jadi concubine entah siapa. BTW, kalo denger njenengan sakit, sata langsung ngontak perawat bernama Jeni: “Itu Rudy kenapa?” Klarifikasi dia saya percaya.

  2. Tempat belajar yg aneh, yg dipelajaripun juwega aneh. Tapi memang, belajar itu bisahh dimana saja — termasuk di rumah (yg katanya sedang) sakit.

    Semoga lekas sembuh PakDhe.

  3. Ini sederet prestasi lain :
    – Akhirnya tau siapa itu Syaiful Jamil
    – Akhirnya nonton Take Him Out
    – Akhirnya liat yang namanya Afghan
    – Akhirnya tau siapa itu Ridho Roma

    Selamat.. Selamat..

  4. *ngakak baca komen tika*

    ayo tika, levelnya pakdhe masih segitu.
    udah tahu manohara blm?
    udah nonton sinetron inayah blm?
    udah…udah…udahh apa ya?

    gek ndang dhangan nggih pakdhe… πŸ˜€

  5. cepet nyari makan sendiri, jangan tetep berharap makan dari buah tangan. Cepet sembuh pakdhe.

Leave a comment

Leave a Reply to Fany Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *