Terbang Nyaman

airline-fees-sb0527bd.jpg

Dahulu saya berpendapat bahwa saya bukanlah jenis orang yang rewel dalam hal bepergian dengan pesawat terbang. Mau pakai perusahaan penerbangan apa saja tidak masalah, yang penting jam keberangkatan dan kedatangannya bukan pada jam-jam “aneh” (jam di mana saya harus jalan bergandengan dengan genderuwo). Lantas, kerewelan dimulai pada saat saya harus terbang jarak jauh (long-haul flight). Apa yang saya maksud dengan jauh itu, jika lama penerbangan sudah lebih dari 6 jam terbang non-stop. Sebenarnya kerewelan itu asalnya ya dari daya tahan tubuh saya saja. Tubuh saya sebetulnya mulai rewel setelah 4 jam terbang terus menerus, terutama jika terbang di kelas sarden (istilah yang lebih halus menyebutnya: kelas ekonomi).

Kerewelan begini sebenarnya bisa diredam dengan kenyamanan selama bepergian jarak jauh itu. Tidak hanya kenyamanan selama di dalam pesawat, tetapi juga kenyamanan sebelum terbang dan sesudahnya. Antrian yang tidak panjang dan proses yang tidak bertele-tele pada saat check-in, ruang tunggu yang menyenangkan, proses naik ke dalam pesawat yang tidak seperti orang rebutan minyak tanah, suasana, pelayanan dan hiburan di dalam pesawat, dan akhirnya proses pengambilan barang yang tidak menggelisahkan seperti orang puasa nunggu bedug (sementara di depannya ada es teh manis yang gelasnya sudah “keringetan”).

Jalan keluarnya gampang saja sebenarnya. Beli saja tiket kelas bisnis atau kelas satu (first class) sekalian. Hanya saja, karena sebagian besar perjalanan yang saya lakukan adalah perjalanan kerja dan kantor-kantor saya agak-agak gimana gitu kalau ada yang beli karcis selain kelas ekonomi, maka lupakan saja itu kelas yang “dijamin” nyaman tadi. Lantas bagaimana? Bagi saya pilihannya adalah terbanglah dengan perusahaan penerbangan yang “baik”. Lantas, ukuran baik itu bagaimana? Ada sebuah daftar yang dikeluarkan oleh Skytrax dan daftar tersebut saya jadikan panutan dalam memilih perusahaan penerbangan mana yang akan saya gunakan.

Skytrax menelaah perusahaan penerbangan yang ada di dunia (tidak seluruhnya). Hasilnya adalah daftar yang memuat perusahaan penerbangan mulai dari yang non-bintang hingga bintang 5. Saat ini hanya ada 6 perusahaan penerbangan yang dikategorikan berbintang lima, yaitu Asiana Airlines (Korea Selatan), Kingfisher Airlines (India), Qatar Airways, Cathay Pacific (Hong Kong), Malaysia Airlines dan Singapore Airlines. Ada banyak hal mulai dari pelayanan di darat hingga di dalam pesawat yang ditelaah. Dalam persaingan jasa angkutan udara yang ketat saat ini, pelabelan bintang begini menjadi salah satu alat jual yang penting.

Lantas, Garuda ada di mana? Bintang 3 … yang sedang-sedang saja. Jujur saja, ada peningkatan pelayanan yang saya rasakan dari Garuda yang berambisi untuk naik kelas ke bintang 4 pada akhir tahun ini, the best cabin crew pada tahun 2010 dan pasang target bintang 5 pada tahun 2012, begitu ujar Agus Priyanto, Direktur Layanan Niaga Garuda Indonesia. Mungkinkah target tersebut dicapai? Mungkin saja. Apalagi pada tahun 2011 rencananya armada Garuda akan diperkuat dengan pesawat 777-300ER dan 787-8, selain sekarang para awak kabin Garuda sudah bisa senyum dan pilotnya sudah tak lagi pelit berbagi informasi penerbangan.

sq2.jpg

Kembali ke persoalan kerewelan saya tadi, pelayanan adalah hal utama bagi saya pada saat harus terbang lama. Belasan jam berada di dalam cerutu kaleng terbang begitu bukan hal yang menyenangkan jika hanya duduk diam. Apalagi saya selalu sulit untuk tidur dalam penerbangan. Dingin, kering dan dengungan mesin pesawat. Tempat yang paling pas bagi saya untuk menghibur diri adalah di bagian belakang pesawat. Bukan di toilet, tetapi di “dapur” pesawat. Seringkali saya tidak sendiri di tempat ini, sering ada penumpang lain yang juga menjadikan tempat ini sebagai tenpat pengusir rasa bosan. Keramahan awak kabin sebenarnya dapat diuji di tempat ini. Ada yang ramah mengajak berbincang, ada yang menawari minum seolah penumpangnya sedang bertamu, tapi ada pula yang tatapan matanya seolah berkata “ini penumpang bagusnya dipaku saja di tempat duduk”.

Menggunakan transportasi udara memang tidak selalu nyaman. Seringkali, penumpang sendirilah yang harus berusaha membuat dirinya nyaman, termasuk dalam hal memilih perusahaan penerbangan mana yang akan digunakan.

Gambar atas diambil dari sini.

Join the Conversation

30 Comments

  1. kalo mau menikmati travelling ya memang enak pakai pesawat Garuda, pakdhe…Tapi konsekuensi nya yaaa, merogoh dompet dalam-dalam… Hehehe

    Merogoh dompet dalam-dalam? Itu dompet atau goni? -Mbilung-

  2. Kelas saya masih pesawat yang “kernetnya” dipaksa kerja rangkap jadi pedagang asongan.

    Dan kau beli pula barang dagangannya … kaya kali kau bang -Mbilung-

  3. loh, malaysia di atas garuda? aku 2x naik MH kok ndak asik ya. kain pelapis kursinya jelek, pitch buat dengkul kecil. lebih jelek drpd garuda. tp servicenya MH emang top sih hehehe

    Jenis pesawatnya apa Yak? Short-haul flight ya? -Mbilung-

  4. dan akhirnya proses pengambilan barang yang tidak menggelisahkan seperti orang puasa nunggu bedug (sementara di depannya ada es teh manis yang gelasnya sudah โ€œkeringetanโ€).

    Fickry Adequate likes this.

  5. itulah sebabnya aku paling seneng minta seat di bagian tail (sering bikin bingung petugas check-in) ๐Ÿ˜€

    Lha ya bingung mesti. Ndak ada kursi di vertical stabilizer Sam -Mbilung-

  6. yuhuuuuuuu aku datanggggggggg

    bawa OOT ini :

    DIAN SASTROWARDONO, SANDRA DEWO, LUNA MOYO n QUEENY O GUSSOVA mengucapkan MINAL AIDIN WAL FAIDZIN muhun mahab lahir en batin. Angkat GELAS mu pakde, LETโ€™S CELEBRATE *ROCK*

  7. selama awak kabin Garuda masih “senior-senior” terus yang dikeluarkan, rasanya saya merasa “kurang nyaman” terutama dalam pengelihatan..

    tapi kalo awak kabinnya sampai “ngumpet” di bagasi atas pesawat gitu.. bikin saya juga mikir-mikir.. jangan-jangan itu awak kabin lebih suka ngumpet di situ daripada ngurusi penumpang.. ๐Ÿ˜€

    *boarding*

  8. Setuju Pakde mBilung! Cathay cocok masuk dalam bintang lima. Eh tapi aku belum nyobain Asiana Airlines (Korea Selatan), Kingfisher Airlines (India), Qatar Airways, dan Singapore Airlines.

    Cathay kalau compare dengan MAS masih lebih asyik Cathay namun kursi pesawat baru Cathay ndak nyaman je …

  9. Penerbangan jarak jauh itu 6 jam terbang non stop? Coba aja naik CASSA wiro sableng 212 kang. Buat saya 2 jam aja udah berasa jauuuuh banget! Apalagi saat bumpy itu pilot nyantai aja ngudut sambil membetulkan posisi GPS mobile (satu-satunya alat navigasi yang dia bawa) yang dia letakkan di atas panel istrumen yg sudah tidak berfungsi lagi ๐Ÿ™‚

    Cassa 212, pesawat tangguh itu. Saya suka. Roel…pernah coba naik SC.7 Skyvan? … FUN. -Mbilung-

  10. anakku senengnya naik Qatar Airways karena makanannya mayyan enak katanya…terakhir naik Emirates B-777, biar kelas sarden juga berasa kelas tenggiri ukuran medium, mayyan nyaman juga hi…hi..hi…hanya pengambilan barang di bandara agak lammmaa…naik Etihad juga lumayan, koleksi film2 dan entertainernya banyak jadi anak2 gak bosyen, concernku dalam penerbangan adalah agar anak2 nyaman, bapak ibunya mah dah biasa menderita…wkwkwkwk…

    Ndet…Qatar asik, cuma berhenti sekali kan? Naik Emirates dari Doha … yahahahaha, itu pilotnya gak tahan liat airport, bawaannya turun terus. Doha – Dubai – Maldives atau Colombo – Singapur baru Jakarta. -Mbilung-

  11. Pernah sekalinya naik Malaysian Airlines malah di tumpahin nasi kare sama pramugara nya. Mending kalo ganteng,,,bisa minta no telpon ama fb nya sekalian, lha ini bukannya gak ganteng sih, tp not my type laahh (*nggaya…). Eh trus doski stroberi ngasih bingkisan gratis biskuit sama kacang bawang, padahal pengennya dikasih tiket PP jkt-paris gratis.. ngarep.com

  12. Pak Bos, sepertinya aku kenal betul dengan foto ini, lokasi dan penerbangannya.

    Abang kenal juga tak dengan perut yang dibungkus kaos hijau itu? -Mbilung-

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *