Pintu di Hotel Jam Merpati

Ada banyak hal-hal ganjil yang dapat membuat saya tergelak-gelak dalam setiap perjalanan yang saya lakukan. Sebenarnya kebanyakan keganjilan itu datangnya dari diri saya sendiri, mulai dari sok tahu yang akhirnya nyasar dan pulang diantar polisi sampai diuber-uber pelayan toko karena saya mengudap potongan kueh lantas lenggang kangkung meninggalkan toko. Lha saya kira itu kueh untuk icip-icip. Tetapi kali ini saya ingin berkisah tentang keganjilan yang bukan berasal dari diri saya. Sesekali bolehlah saya menjadi manusia genap.

Dalam rangkaian perjalanan saya kali ini, saya menginap di banyak tempat. Ada penginapan berkelas bintang, melati dan melata. Lengkap. Salah satu tenpat menginap saya kali ini menyediakan pelayanan mencuci pakaian gratis. Biasanya pakaian yang akan dicuci diambil bersamaan waktunya dengan waktu kamar dirapihkan dan dibersihkan. Ada kalanya sang tamu ingin beristirahat seharian tanpa diganggu oleh acara bersih-bersih begini. Dalam kasus begini penginapan menyediakan alat bantu yang dapat memberi tahu para perapih, pembersih dan pengambil pakaian kotor. Ada tulisan yang digantung di pintu bagian luar kamar bertuliskan “Do not disturb” (untuk yang tidak ingin pintu kamarnya digedor-gedor).

do-not-disturb.jpg

Entah mengapa tempat saya menginap kali ini menyatukan tulisan-tulisan itu dalam satu kertas (foto di atas). Don’t disturb please; No Laundry; No cleaning. Masalahnya, tulisan itu dipasang permanen di pintu kamar, saya tidak bisa memindahkannya. Lantas, apakah kamar saya lalu tidak pernah dibersihkan dan pakaian kotor tidak pernah diambil? Aha…yang terjadi justru sebaliknya. Saban pagi pintu kamar saya digedor-gedor dahsyat dan penggedor memaksa saya keluar serta berkali-kali meminta pakaian kotor untuk dicuci, walaupun saya tidak ingin diganggu. Apa pasal? Sederhana saja, tulisan tersebut dipasang permanen di pintu bagian dalam kamar!

Sudah beberapa hari ini saya merenung-renung berpikir bagaimana caranya saya mencopot tulisan itu dan memindahkannya ke pintu bagian luar kamar tanpa merusak panel pintu. Karena sampai sekarang masih gagal, saya mulai berpikir untuk mencopot pintunya dan membaliknya agar saya bebas gedoran.

Kisah lain adalah soal waktu check-in dan check-out. Penginapan biasanya memiliki waktu jam berapa mulai bisa masuk dan jam berapa harus keluar. Tidak patuh jam keluar bisa-bisa diharuskan membayar satu malam lagi. Setiap kali memesan kamar di penginapan saya selalu menanyakan waktu tersebut. Kali ini jawabannya mengejutkan. “Kami pakai jam Merpati Pak.” Eh…apa pula ini.

Selidik punya selidik, ternyata Merpati yang mereka maksud adalah nama perusahaan penerbangan (Merpati Nusantara Airlines). Jam boleh masuk itu sesuai dengan kedatangan pesawat Merpati dan jam harus keluar itu sesuai dengan jam keberangkatan pesawat Merpati. Kota ini memang dilayani oleh Merpati, satu penerbangan setiap hari. Tidak heran jika waktu check-in dan check-out bisa berganti-ganti. Saya berusaha mencari tahu mengapa yang digunakan sebagai acuan adalah Merpati? Karena kota ini toh juga dilayani oleh Air North dan Silk Air. Tidak ada yang dapat memberi jawaban.

Lantas bagaimana jika Merpati tidak datang atau tidak jadi berangkat? Ah…ternyata penduduk kota ini sangat yakin dengan Merpati. Telat tidak masalah toh Merpati tetap akan datang dan pergi … Merpati tak pernah ingkar janji.

Join the Conversation

37 Comments

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *