Selalu saja ada yang membuat saya betah di negeri kering bebatuan ini. Kunjungan kemarin yang lumayan panjang itu, ya masih sama saja rasanya malah bisa dikatakan penuh keriangan. Di sela-sela “kesibukan” kerja masih ada keriangan dari bermain kelereng – dan kalah – dengan anak-anak di Lore, mengejar kambing di bawah pohon asam di Com atau sekadar bermain air laut di Valu Sere, Tutuala sembari senyum-senyum kecut mendengar anak-anak yang menertawakan perut saya yang ikal dan bergelombang sementara mereka dengan bangga memamerkan perutnya yang rata seperti papan cucian – masamu akan tiba nak! -.
Jika ada kejadian langka yang saya alami di Dili, maka itu adalah hujan deras.Agak terlambat hujan itu datang sebetulnya, begitu menurut penuturan kawan di sana. Jika hendak dibandingkan dengan Jakarta, hujan di Dili juga menyebabkan macetnya lalu-lintas. Bukan … bukan karena banjir yang tidak perlu itu, tetapi karena jalanan penuh dengan orang yang dengan riang bermain hujan.
Warung-warung bersahaja di sepanjang Pantai Kelapa, Dili juga sudah dibenahi – bukan diusir – menjadi lebih rapih dan menyenangkan. Menunya masih sama, ikan, jagung, ayam yang semuanya dipanggang, ditemani ketupat dan minuman ringan. Nikmat benar melewatkan makan malam di tempat ini, sembari baku nganga dengan teman. Saya rasa saya bukan satu-satunya orang yang menikmati tempat ini, ada banyak orang di sana, termasuk Presidente da RepΓΊblica.
Kembali ke Bali dari perjalanan yang melelahkan tetapi menyenangkan itu, seorang kawan langsung menculik saya. Berhubung tujuan penculikan tampaknya menyenangkan, dengan sukarela saya mengikutinya. Adalah sebuah desa bersahaja bernama Pengotan, dekat Bangli di kaki Gunung Batur yang menjadi tempat saya berakhir pekan dan saya tidak menyesal. Pemandangan, keramahan, makan enak, musik dan tidur pulas.
Jika ada yang sangat istimewa dari tempat ini bagi saya, maka hal itu adalah hal yang sekaligus membuat saya malu. Penggerutu macam saya memang pantas malu. Jadi begini … saya bertemu dengan seorang yang sudah sepuh. Saya tidak tahu siapa nama lengkapnya, orang-orang di desa ini memanggilnya Ki Tamped. Walaupun telah sepuh, Ki Tamped sangat mandiri, sejak dahulu hingga sekarang dia selalu berusaha mengerjakan semuanya sendiri. Berladang, mencari dan membelah kayu bakar, membetulkan rumahnya yang bersahaja. Dia juga bukan seorang penggerutu dan pemurung. Paling tidak selama pertemuan saya dengan dirinya, dia lebih banyak tertawa dibandingkan saya, termasuk menertawakan saya. Lantas apa yang membuat saya malu? Nggg … anu … Ki Tamped itu bisu, tuli dan buta.
Begitulah, buat saya kemarin itu saya bisa belajar banyak dari kebersahajaan yang ada dan sekarang saya sedang tergelak-gelak menertawakan kebodohan saya sendiri.
wajah simbahe kuwi lho. ndak nguati…
it’s a good day to celebrate good things in our life, isn’t it?
good morning, pakdhe π
Simbahnya super keren, membetulkan rumah dan membelah kayu dengan segala keterbatasan fisiknya. Benar-benar super.
hehehe … kapokmu kapan … Sampeyan kayaknya harus sering nyantrik sama Ki Tamped
gpp, dhe. sing penting budhe jeni tetep cintah. atau gada yg laen, aku juga ga tau sih.
bagaimana rasanya di tertawakan orang bisuk π
Life is Good π
setuju sama ipul. wajah ki tamped…
maaaas aku mau ke baliiiii…..
oooo iki toh sing sampeyan critakno wingi, salut dehh. sekalian buat pelajaran, bahwa kita gak pantes mengeluh….duhh….
merguru ae nang ki tamped om..ben sampeyan sadar lan ora pethakilan terus..wakakaka
kalo gitu dirimu bukan si dopey ya Pakde, ganti si Grumpy wae lah
Ki Tamped iku pasti keturunan majapahit…halah π
aiiihhh….pengen ke pantai berpasir putih dan berair biru seperti ituuu π₯
si mbah nya pegang apa sih ?? jagung bukan ??
Gimana ya cara Ki Tamped berkomunikasi ke sesama warga desa? Siapa tahu bisa dicari tahu kisah hidupnya π
bodoh bodohbodoh *kutambahin pakde* heheh
blog kan juga bisu,tuli n buta pak dhe
n tetep bisa berkomunikasi (berbagi info) dengan sentuhan (keyboard n mouse)
hello santiago! π
wah mengandung tuntunan hidup ini..
Mari saling menertawakan *lho*
baku nganga ….apaan tuh…..
dua2nya nganga…?……
Jadi sekarang udah gak six packs lagi nih? Udah jadi one pack? hahaha…
Pengen baca lagi ttg Ki Tamped. Kok sedikit bgt?
iya, sama ma komen mba mariskova, kisah Ki Tamped kok dikit banget π
dan tentang mandi hujan bareng itu…woh, indah sekali cara mereka mensyukuri nikmat hujan yaaa π
wajah ki tamped begitu polos..! oh..!
memang kita hrs bercermin tiap hari ya pakde π
ki tamped ini bisu, tuli, buta trus gimana ketawanya? tapi dari beliau, kita belajar untuk bersyukur yah π
Saat membaca tulisan ini rasanya saya juga ikut berkelana. Jadi teringat kisah Robinson Crusoe. Kapan yah masa itu tiba lagi. Menjelajahi tempat2 yg terpencil di seluruh pelosok tanah air dan bertemu dgn orang2 desa sederhana yg tau apa kebahagiaan itu dan yg hidup pada saat ini, hari ini. Yg pikirannya tdk melompat2 spt monyet kemasa lalu dan masa yg akan datang tp melupakan hari ini.
masa mereka memang akan tiba pakde… tetapi masih lama sekali…
kata iwan fals, keinginan adalah sumber penderitaan. kesimpulannya, nggak usah banyak keinginan, supaya bahagia..?
foto yang keren pak.. kapan2 ke sana ah.. *mimpi* π
Wah,,speechless..
Ki Tamped memang superman!
saya masih bisa hidup sederhana ndak ya?
menurut subjektif kepala saya, ada beberapa orang yang terlanjur ndak bisa balik ke kehidupan sederhana..
entah karena kebutuhan, terikat lingkungan kerja, dan terikat lingkungan gaya hidup.
atau saya salah mendefinisikan kata “sederhana”?
Waduh, dia nertawain apaan Pak Dhe?? Kok bisa?? Kalo saya sih butuh sesuatu yg saya denger yg terasa lucu, yg saya liat yg terasa lucu, ato yg saya ingat yg terasa lucu untuk tertawa. Selain itu rada susah, apa Ki Tamped teringat sesuatu yg lucu??
spirit of life…
anak2 memang sumber inspirasi yg gag habis2 yaa.. ^^
http://www.the-greatest-gifts.blogspot.com
Pakdhe, kasih tau aku, gmana caranya biar bisa bertemu dengannya…… ^^
pelajaran berharga malah di dapat di kampung ya pakdhe.
makasih ceritanya π
Melihat orang seperti Ki Tamped, membuatku merasa semakin jauh dari surga.
hidup yang bersahaja juga merupakan hidup yang apa adanya..