Sebuah tulisan lama yang saya terbitkan ulang dengan suntingan dan tambahan di sana-sini. Mudah-mudahan berguna.
Membongkar-bongkar arsip dan membaca tulisan-tulisan tentang kepunahan spesies membuat saya rajin menarik napas panjang, ada terlalu banyak cerita sedih di situ. Ini misalnya, tentang suatu tempat di negara tetangga, Philippina, dan tempat itu bernama Pulau Cebu. Awal ceritanya memang sudah sedih, bagaimana pulau yang sangat penting bagi upaya penyelamatan burung ini praktis diabaikan dari upaya pelestarian burung hanya karena sebuah tulisan yang dibuat oleh seorang ahli ternama dan sangat dihormati yang dimuat di sebuah jurnal terkenal. Ahli ternama dan dihormati itu menulis pada tahun 1958 (diterbitkan tahun 1959) bahwa hutan di Pulau Cebu sudah habis tak bersisa, tak ada lagi harapan di pulau itu. Tulisan tersebut ternyata tidak seluruhnya benar dan pada saat kesalahan fatal tersebut disadari, semuanya sudah terlambat. Kesalahan besar tersebut diungkap dalam sebuah tulisan yang berjudul “Extinction by assumption; or, the Romeo Error on Cebu” yang diterbitkan pada tahun 1998.
Kesalahan yang buat saya menyedihkan. Ini adalah kesalahan sang ahli, yang berasal dari Cebu, yang melewatkan satu kejadian maha penting dalam sejarah Philippina yang sekaligus menjadi bukti bahwa masih ada hutan sangat luas dan lebat di Cebu pada tahun 1957. Ceritanya pada bulan Maret 1957 terjadi sebuah kecelakaan pesawat udara di Cebu, pesawat tersebut menabrak Gunung Manung-gal (tanda “-” bukan kesalahan ketik, memang begitu menulisnya). Penumpang pesawat tersebut bukan orang sembarangan, dia adalah Ramon del Fierro Magsaysay, Presiden Philippina kala itu. Lha wong yang kecelakaan itu pesawat kepresidenan, tentu saja segala daya upaya dikerahkan untuk mencarinya. Tetapi apa daya upaya itu menemui hambatan besar …. hutan yang lebat. Surat kabar Manila Chronicle pada tanggal 18 Maret 1957 menulis “resident of Mt. Manung-gal said it was not possible to determine if there were any other survivors because of the thickness of the forest in the area“. Lantas ada juga kutipan dari ucapan Mayor of Cebu City yang mengatakan “you can hardly see 10 ft. away.”
Akhirnya lokasi jatuhnya pesawat ditemukan, tetapi bukan dari hasil pencarian besar-besaran itu. Lokasi tersebut bisa ditemukan karena ada satu orang yang selamat, Nestor Mata (seorang wartawan) yang ditemukan di lokasi kecelakaan oleh anjing peliharaan Marcelino Nuya (seorang petani yang hidup di kaki gunung itu). Nuya kemudian membopong Mata turun dari Gunung Manung-gal (cerita lain menyebutkan Nuya kembali ke desa dan memanggil teman-teman desanya untuk membopong Mata turun). Singkat cerita, lokasi jatuhnya pesawat ditemukan atas informasi dari Mata dan Nuya.
Hutan berkali-kali disebut dalam berita-berita seputar kecelakaan pesawat yang penting itu, akan tetapi informasi tersebut seolah tidak ada dan sang ahli burung ternama itu justru menulis kalau sudah tidak ada hutan di Cebu. Karena tulisan itu, tak ada yang melirik Cebu. Saat ini Cebu sudah betul-betul remuk redam. Aaaah … andai saja tulisan itu tidak pernah diterbitkan. Aaaah … andai saja ahli itu dan para ahli lainnya tak hanya hidup dalam gelembungnya sendiri, mungkin masih ada hutan agak besar di Cebu sekarang.
Ini memberi pelajaran bagi saya akan pentingnya informasi akurat sebelum menulis. Masalahnya, jaman sekarang ini informasi bertebaran dan relatif mudah diakses. Mana yang akurat? Mana yang sudah melintir? Setengah mati mencarinya. Tetapi bagi saya, akurasi masih jauh lebih penting dibanding kecepatan.
Penelusuran lebih jauh tentang kecelakaan tersebut membawa saya ke cerita lanjutan tentang Nuya dan anjingnya. Nuya dan anjingnya dianugrahi tanda jasa kenegaraan. Upacara pemberian tanda jasa untuk Nuya dilakukan di Cebu City, sementara untuk anjing peliharaannya, dilakukan di Istana Malacanang.
Sekadar informasi tambahan soal Romeo Error, itu adalah kesalahan yang dibuat oleh tokoh Romeo dalam kisah klasik karya William Shakespeare, Romeo and Juliet. Begini penggalannya: Juliet yang menolak dipaksa oleh keluarganya untuk menikah dengan lelaki bukan pujaannya (Count Paris), mendapatkan racun yang dapat membuatnya mati suri dari Rahib Laurence. Juliet meminum racun itu untuk “membujuk” keluarganya. Sang Rahib berjanji untuk mengirimkan pesan melalui pembawa pesan kepada Romeo tentang rencana tersebut. Celakanya, sang pembawa pesan gagal bertemu Romeo, dan Romeo mendapat berita “kematian” Juliet dari pelayannya, Balthasar. Patah hati, tanpa periksa Romeo pun menenggak racun. Pada saat Juliet terbangun dari mati surinya, ia mendapatkan Romeo telah mati dan Juliet lantas bunuh diri dengan menikamkan belati. Romeo kurang periksa yang berujung fatal.
Bagus pak dhe, walaupun blog ini namanya ndobos, tapi isinya sama sekali bukan omong kosong
Jadi ingat TVOne 😀
Aaah…akhirnya komeng dimari juga..
aku kira romeo error itu istilah pengganti dari human error
aku kira romeo itu nama anjingnya….
akurasi lebih baik daripada kecepatan yah pakde… lebih baik jarang update blog tapi akurat, daripada sering update tapi pake data seadanya… wogh oke. #noted
elementary, my dear … elementary … 😀
Pada tahun 1995 kalau hutan daratnya, saya kurang tahu Pakde. Tapi di Gilutongan (sebelahan ama Cebu dan Lapu) hutan mangrovenya masih bagus tuh tahun itu.Akibat munculnya kebijakan eksploitasi laut dan hutan sekitar Cebu tahun 1991 (ditambah parah dengan dibangun basis militer), sejak itu mata dunia mulai berpaling ke ekosistem sana.
sek sek
kecelakaan pesawat di hutan cebu terjadi pada 1957 ..
lalu 1958 si penulis bilang klo tidak ada hutan di cebu ..
kan ada jeda setaun tho de.. mungkin dalam setaun itu hutannya ilang .. sim salabim ..
klo tidak.. ya yang baca tulisannya si ahli yang bego ..
Ki Mbilung, saya rindu posting njenengan yang kayak gini. 🙂
kalo di online news, ya keduanya; cepat & akurat. Borongan 🙂
yang sdah trjdi ya biarkanlah…..
ketergesaan dan ingin serba instan cenderung merugikan. memang benar kata petuah orang dulu, alon-alon waton kelakon..
berita yg sekarang juga makin sering sumbernya ga jelas,ga dikroscek dulu…ya gitu deh …. 😐