Dalam sebuah buku berjudul Guns, Germs and Steel karya Jared Diamond, yang sudah saya baca berulang-ulang, ada satu bagian yang menceritakan tentang hubungan antara manusia dan hewan peliharaannya, entah itu sebagai pet maupun sebagai hewan ternak. Hubungan yang diceritakan adalah tentang penyakit yang berasal dari hewan dan lantas menyerang manusia dan menjadi penyakit menular antar manusia. Jumlahnya banyak ternyata (banyak mengacu pada lebih dari lima, tanpa angka, karena saya tidak hafal), antara lain AIDS, flu burung, TBC, cacar air, pes, kolera (seperti saya katakan, banyak … lebih dari lima). Dalam buku tersebut, penulisnya ada bercerita seperti sebuah kejadian nyata.
Pada suatu hari seorang dokter didatangi oleh pasangan suami istri. Sang suami menderita penyakit seperti pneumonia yang disebabkan oleh mikroba tidak dikenal. Masalahnya jadi agak rumit karena sang suami dan sang dokter sulit saling mengerti karena keduanya berbicara dengan bahasa yang berbeda. Sang istrilah yang lantas menjadi penerjemah pecakapan antara sang suami dengan sang dokter.
Dalam kebingungan mencari tahu penyebab penyakit itu, sang dokter menanyakan kepada sang suami apakah ia memiliki pengalaman sexual yang “tidak biasa” yang mungkin saja menjadi sumber penyakitnya. Dengan muka merah menyala dan dengan suara lirih sang suami kemudian bercerita. Cerita tersebut berakibat luar biasa. Alih-alih menerjemahkan ocehan sang suami, sang istri justru mengamuk dahsyat dan meninggalkan ruang periksa setelah sebelumnya menghantam kepala sang suami dengan termos logam.
Tinggalah sang suami yang pingsan dan sang dokter yang kebingungan. Setelah sang suami siuman, dengan terpatah-patah, akhirnya didapatlah gambaran jelas tentang cerita sang suami yang mengakibatkan amuk sang istri. Sang suami mengakui bahwa ia memang telah beberapa kali melakukan (maaf) hubungan sexual dengan kambing.
Kasus di atas memang sebuah contoh yang ekstrem, sekalipun dengan menggunakan alasan ada unsur kasih sayang plus birahi sang pemelihara terhadap peliharaannya. Tanpa adanya unsur birahipun, memelihara binatang tetap memiliki resiko tertular penyakit. Saya bukanlah penganjur memelihara binatang, tetapi jika sampeyan memutuskan untuk memiliki hewan peliharaan, maka rawat dan perlakukanlah peliharaan sampeyan tersebut dengan baik agar tidak penyakitan. Ini baik untuk peliharaan sampeyan dan mengurangi resiko sampeyan tertular penyakit. Memeriksakan hewan peliharaan ke dokter hewan secara berkala (bukan kala sempat), bukan hanya demi kesehatan peliharaan, tetapi juga demi kesehatan pemeliharanya.
Lantas, apa saja yang perlu dilakukan selain memeriksakan hewan peliharaan? Bertanyalah pada dokter hewan, mereka lebih paham dan juga karena ini bukan bidang saya. Saya pribadi, jauh lebih menikmati keindahan bentuk dan perilaku hewan-hewan di habitat aslinya, saat mereka hidup bebas di alam, dengan segala bahaya yang mungkin saja terjadi pada saat saya mengamati mereka. Sebagai informasi tambahan, saya tidak pernah dikepruk termos logam oleh istri saya.
yaiks.. kambing. mending sop kaki kambiiing!
Di luar soal bestialisme (angsa eh itik di LP Cipinang sampai mati), memiara hewan memang menuntut kasih sayang, kudu sabar dan telaten ngopeni.
Yang menyedihkan, karena kami sekeluarga tak punya waktu untuk mini pinscher maka dia akhirnya diadopsi oleh keluarga pemilik klinik sekaligus penitipan hewan.
Sebelumnya tekkel kami lepas, melalui penawaran, karena berantem terus sama minpin, sampai keduanya sering terluka.
Kalo inget kesetiaan anjing, duh mengharukan…
thanks for sharing, pakdhe 🙂
iyuuuuuuuuh… kambing? O_o
kambing ooh kambing….
bercinta dengan kambing = bercinta dengan PLN?
@Hedi: Loh kok PLN sama dengan kambing, Mas? Hehehe…
Pakde, maaf kalau saya sok tahu. Sekedar menambahkan info saja; Dari binatang peliharaan memang banyak sekali penyakitnya. Untung semacam tick-borne disease belum ada banyak di RI, itu kutu (walaupun bisa dari virus, bakteri atau protozoa, biasanya dari anjing) kalau sudah masuk ke bawah lapis kulit manusia bisa mengakibatkan kelumpuhan bahkan hingga koma.
Lantas, apa saja yang perlu dilakukan selain memeriksakan hewan peliharaan?
Setahu saya (yang walopun bukan dokter hewan), rajin-rajin mengamati perilaku harian hewan peliharaan (anjing, kucing, babi, kuda, unggas. Kalau ikan saya tidak tahu). Perubahan sikap pada peliharaan bisa jadi awal gejala tertentu. Selain itu juga ada baiknya mengamati diet sang peliharaan.
wah dokter hewannya malah lebih suka bikin komik tuh
tulisan yg bagus adalah saat sy g bs kasih komen yg masuk akal. termasuk postingan pakde mbilung ini. pie, aku komen ndobos wae yo, pakde:
untunge aku raduwe wedus dan g melihara apapun. pengene dipelihara wae, dipelihara karo bojo, haha
mau punya peliharaan, tapi yg gak pake nelek ….
iyae pakdhe, ternyata ada beneran lho yang model begini 😐
Ada kabar tentang kambingnya ndak Pakdhe? Dikepruk apa sama sang istri?
Dan sepakat, ga bosen baca Guns, Germs and Steel.. 😀
akh benaran ini mah, Kang
aku beli deh buku ini di periplus
selama ini bukunya nongkrong di ebook 😀