Dalam bidang kerja, saya sungguh merasa diberi anugrah luar biasa. Bagaimana tidak, saya yang hobinya kluyuran diberi jalan untuk bersekolah di tempat yang banyak kluyurannya (Jurusan Biologi), tempat di mana jalan-jalan itu wajib. Serampung kuliah, saya lantas diwajibkan untuk jalan-jalan oleh tempat di mana saya bekerja, dan jika saya menolak pesiar, saya tidak dibayar. Baiklah, demi keberlanjutan isi periuk nasi, saya lantas terpaksa rela melakukan hobi saya itu. Pilihan saya waktu itu adalah kluyuran di darat, dan ini membawa saya menjelajahi lebih dari separuh bumi. Lantas, sebuah tikungan kehidupan nan ajaib membawa saya untuk menjelajahi laut dalam 3 tahun terakhir ini. Tadinya saya sempat ragu untuk nyemplung ke laut, tetapi pada akhirnya saya benar-benar dibuat kagum oleh isinya. Sekali lagi, saya diwajibkan untuk kluyuran, kalau saya menolak saya tidak dibayar.
Jika sampeyan sudah sering dengar kisah tentang burung dari saya, maka kali ini saya akan cerita sedikit tentang laut. Sama halnya dengan bekerja di darat, bekerja di laut saya juga diberi keberuntungan. Saya bekerja di tempat di mana keragaman kehidupan isi lautnya adalah yang paling kaya di muka bumi ini, dan tempat itu bernama Indonesia.
Adalah sebuah kawasan yang dikenal dengan nama Coral Triangle, atau Segitika Karang, yang luasnya hanya 1,5% dari luas lautan dunia tetapi menjadi tempat hidup bagi 30% terumbu karang di dunia. Oh iya, sebelum saya lupa, karang warna-warni yang ada di laut itu bukan batu, itu hewan. Kang Mas Charles Veron dan Kang Mas Gerald Allen yang ahli karang dan ahli ikan itu bilang, Coral triangle adalah rumah bagi 76% spesies karang dunia dan hampir 40% spesies ikan karang dunia, bahkan beberapa di antaranya tidak dapat dijumpai di tempat lain di dunia ini kecuali di Coral Triangle.
Lantas apa hubungannya Coral Triangle dengan Indonesia. Begini, kawasan Coral Triangle itu mencakup 6 negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Philippina, Papua New Guinea, dan Solomon Islands. Di dalam Coral Triangle, wilayah laut Indonesia adalah yang paling luas dan yang paling kaya isinya. Sebutlah nama-nama seperti Derawan, Wakatobi, Komodo, dan Raja Ampat pada para penggemar selam menyelam, maka dijamin penggemar selam menyelam yang pendiam sekalipun akan jadi cerewet menceritakan betapa indah dan kayanya tempat-tempat tadi. Lepas dari kenyataan bahwa saya orang Indonesia, jika saya membandingkan isi tempat-tempat tadi dengan Great Barrier Reef yang tersohor itu, ya kasihan Great Barrier Reef-nya.
Itu baru soal kekayaan dan keindahan. Bagaimana soal orang yang bergantung hidupnya dengan terumbu karang? Ada yang mengatakan, di Coral Triangle tidak kurang dari 126 juta jiwa yang bergantung padanya. Lha kok banyak? Begini, walaupun ekosistem terumbu karang hanya menempati sekitar 1% dari ruang bumi ini, tetapi tidak kurang dari $375 milyar per tahunnya didapat dari ekosistem ini. Perikanan laut di Asia Tenggara 90% dilakukan di laut dangkal dan terumbu karang, dan hasilnya menyumbang 65% kebutuhan protein hewani di Asia Tenggara, begitu menurut sebuah tulisan International Conflicts Over Marine Resources In Southeast Asia; Trends In Politization And Militarization. Intinya, ekosistem terumbu karang itu kaya dan penting bagi banyak jiwa.
Saya tidak punya angka berapa jumlah uang yang didapat dari kegiatan pariwisata yang terkait dengan terumbu karang. Sampeyan cari sendirilah. Tetapi saya tidak kaget kalau angka uangnya besar dan bisa mengalahkan jumlah gosip uang di rekening bank saya.
Lantas, ujungnya adalah bicara soal bagaimana semua manfaat itu bisa terus dinikmati dan inilah rumitnya. Sampeyan pernah dengar cerita angsa bertelur emas? Pemiliknya yang nggragas dan tidak sabar, karena hanya dapat 1 telur emas saban hari, lantas membunuh sang angsa agar bisa mengeluarkan telur emas dari dalam tubuh sang angsa. Begitu pula dengan terumbu karang, sifat rakus dan tidak sabar dapat membuat ekosistem kaya raya ini berhenti memberi manfaat, dan banyak orang yang akhirnya akan sengsara.
Lalu pekerjaan saya bagaimana? Di tempat seperti itulah saya bekerja, sembari berusaha keras agar manfaat dari alam laut tetap bisa dinikmati banyak orang. Seringkali, sehabis menyelam sembari rebah-rebah manis di pasir putih dan menikmati ikan bakar (ini kerja!), saya berpikir bagaimana caranya agar itu semua bisa terwujud … kasian ya saya. Seorang kawan berkata “Oh, kamu tidak perlu dikasihani … yang perlu dikasihani itu yang mbayar kamu.”
Tambahan: Saya, Dik Wi a.k.a Ndorokakung dan Mbakyu Nila Tanzil akan manggung bareng tanggal 21 Desember di Pacific Place Mall, Level 3 Unit 325, Jakarta, pukul 15.30 – 17.00, untuk ngobrol soal Blog dan Konservasi Laut. Monggo datang jika berkenan.
foto yang paling bawah itu spesies baru ya?
wahh pakde beruntungnya dirimu … seksi loh fotonya yg berpose kayak putri duyung itu hehehe 😀
pakde koq sering melaut badannya gak menghitam ya? 😀
Marilah kita syukuri kehidupan ini, termasuk kehidupan njenengan. Kapan tampil di Obrolan Langsat? 🙂
andai sampeyan bisa terbang, beneran terbang lho, pasti dibayar juga buat kerja di udara
Waaah, foto terakhir keren!
Dugong spesies baru 😀
Halhambok saya sekail-kali diajak keluyuran tho dhe
di foto yang paling bawah itu, anjing laut ? singa laut ? atau gajah laut ?
pakde semakin meyakinkan untuk menjadi manusia kursi pb 2012! hedooop!
esalah, 2011! #masihKonslet
wah ituh dugong?
iiiiiiih photo-photonya bikin iriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…
aku kangen diviiiiiiiiiing
:tears:
semoga ga jadi bersisik dan tumbuh ingsang 🙂
itu hewan apa ya???
Udah pernah didatangi semua wilayah Coral triangle yg di Indonesia?
tikungan keajaiban itu namanya ‘dikerjain gondan’ dan jika anda menolak keluyuran saya memang akan memotong gaji anda hehehhe
waduh jadi pengin silem lik..
Wah..Kang Ndobos ini kudune eling jg…denbaguse yg mengesahkan panjenengan bisa nyemplang-nyemplung di kawasan coral triangle…itu bagian dari tikungan kehidupan……anyway kang ndobos..aja kelalen isi logbook selam yach..nek wis wancine munggah status, mbok sopo ngerti…kang ndobos bisa jadi instruktur…..sumonggo kerso..
gambar sing ngisor “njeleih”………xixixixixi
“Seorang kawan berkata “Oh, kamu tidak perlu dikasihani … yang perlu dikasihani itu yang mbayar kamu.”
Sayah setujuh dengan teman PakDhe. Apalagi kalo ditambahin: yang perlu dikasihani itu yang mbayar kamu dan nontonin foto-fotomu”
halo pakde…. piye acara ngobrol2 di mal-nya? ga sabar pengen denger ceritanya 🙂
Jan, kerjanya enak banget. Dibayar seperti liburan terus.
Waduh sudah telat tak bisa gabung lagi. Yang saya lihat dari acara TV kemarin, Perairan Indonesia memiliki jumlah species “creature” laut yang paling banyak, jika memang demikian memang “wonderful” bumi pertiwi kita ini.
Saya yakin banyak sekali daerah perairan yang belum tersentuh dengan kekayaan alamnya.
Soal pekerjaan bisa saya kiaskan “dipaksa untuk hal yang menyenangkan demi sesuap nasi = sambil menyelam minum air” great! 🙂
sampeyan iku ancene ndak kongsisten, mbiyen nekuni derkuku, saiki kok nekuni iwak asin. Mbok sekali-kali dadi sing biasa-biasa ae tho propesi ne, koyotho mbukak HIK nang mbali, lak enak gayeng iso mampir tho lek mampir bali.
itu baru pemandangan bawah laut, belum kandungan lain yang bisa di eksploitasi.. 😀
senangnya pakde..bisa kerja sambil jalan2 yooo 😀
Salam kenal Pakdhe, wah penjenangan tiyang sibuk dan mobilitas tinggi gih …
Salam sukses