Istirahat yaaaa …

Salah satu hal yang menurut saya menyedihkan adalah saat sakit dan tidak ada yang menemani. Beberapa kali saya mengalami kejadian begini, pada saat saya hidup sendiri jauh dari siapa-siapa di negara orang lain pula, atau pada saat saya sedang tinggal di hutan. Sakitnya sendiri tidak perlu yang berat-berat seperti korengan, kadas, panu, atau kurap, cukuplah yang biasa-biasa saja seperti demam tinggi disertai batuk atau pilek. Ada yang berkata, kesendirian itu membunuh, tapi ya gak segitunya juga kaleee.

Beberapa hari yang lalu saya mengalami kecelakaan dahsyat, yang membuat saya harus dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Bertepatan pula dengan akhir pekan yang panjang itu, dan berantakanlah acara akhir pekan yang sudah disusun secara cermat itu. Tidak mengapa, toh kalau dipikir-pikir badan saya juga perlu istirahat, dan itu pula yang saya dengar dari dokter dan perawat … Istirahat dulu ya Pak.

Baiklah, saya terima bahwa saya harus istirahat. Kalau itu harus dilakukan di rumah sakit, bukan di panti pijat jemari lentik, ya sudahlah, tiada mengapa. Maka dengan gagah berani sayapun memasuki ruang rawat inap. Kamar rawat inap itu, hanya untuk saya sendiri, boleh membawa seorang teman (mau menulis penunggu kok rasanya gimana gitu) untuk menginap juga. Paling tidak tempatnya tenang, begitu pikir saya.

Ketukan pertama di pintu kamar, dokter jaga menanyakan bagaimana kondisi saya. Basa-basi banget to ya, mbok baca saja itu catatan medisnya, semua yang dokter tanyakan ada di situ jawabannya. Kalau istilah bocah-bocah IT, RTFM (Read the F*cking Manual). Di akhir kunjungan singkatnya itu, pak dokter berpesan, “istirahat ya”. Siap!!!

Tak lama kemudian, serombongan perawat masuk, memperkenalkan diri. Hadoooh mbaaaak, orang sehat saja males disuruh menghafal nama mentri, ini orang sakit kok ya diminta mengingat nama para perawat. Tak mengapa, mulai sekarang, mbak-mbak sekalian akan saya panggil suster. Rombongan pergi, setelah sebelumnya mengucapkan “istirahat ya paaaak”. Baiklah.

Selesai acara perkenalan, saya belum boleh veristirahat tampaknya, karena datang mengetuk pintu seorang perawat yang membawa tensimeter dan thermometer untuk mengukir tekananย  darah dan suhu tubuh saya (…kalau alat pengukur suasana hati apa namanya ya? …). Mbakyu perawat ramah lantas memberitahu hasil pengukuran. Tak lupa dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih yang dilanjutkan dengan ucapan “istirahat ya pak”.

Baru selesai saya merapikan lengan baju, pintu kembali diketuk, kali ini mbakyu perawat yang berugas mengantarkan obat (ada 7 macam), sembari menerangkan obat apa saja itu dan dia juga berpesan, nanti obatnya dimalan setelah makan. Baik. Siap. Mbakyu perawat pamit tanpa mengucapkan kata “istirajat ya pak”…ini kemajuan.

Tak lama kemudian pengantar makan tiba, sembari bertanya makanan mau ditaruh di mana? (di rumah makan padang di sebelah rumah sakit bisa?). Makanan tampak menggairahkan untuk dinikmati. Tetapi jika saya harus memilih makanan yang tidak layak santap buat saya adalah makanan di rumah sakit dan makanan di pesawat terbang.

Baru saja selesai bersantap pintu diketuk lagi, kali ini yang akan memberikan obat melalui injeksi (suntik). “Waaah makanannya kok belum habis Pak?” (Ha mbok saya disuapi). “Gak enak ya Pak? (Mbak mau tukeran makanan saya sama makanan di rumah Mbak?). “Usahakan dihabiskan Pak, agak tubuhnya punya tenaga (Mbak, ntuk menghabiskan makanan ini, saya perlu tenaga besar sekali).

Demikianlah pintu itu diketuk berkali-kali, oleh yang mengambil sisa makanan, pembersih ruangan, rombongan perawat jaga, dokter, pengantar kudapan, pengganti infus, dan lain-lain gitu deh. Perlu dicatat, hampir semua mengatakan, “istirahat ya Pak”. Dan in i juga terjadi di tengah malam (untuk mengukur tekanan darah dan suhu).

Pada hari berikutnya saya mulai menghitung berapa sebenarnya yang masuk selama 12 jam, tidak termasuk malam hari dan di luar pengunjung. Ada 26, yang diawali dengan pengganti alas tidur yang sekaligus menawarkan apakah saya ingin dimandikan (jam 5:15) dan diakhiri dengan pengantar makan malam (17:10). Seperti yang saya katakan tadi, hampir semua berucap “istirahat ya Pak”.
Setelah akhirnya saya diijinkan keluar dari rumah sakit apakah keadaan saya bertamah baik? Entahlah. Yang pasti tekanan darah saya melonjak … macam pompa air jet pump.

 

Join the Conversation

12 Comments

  1. saya ngikuti blog Njenengan dr jaman masi d Jepun loo.. trus luamaa ga apdet, Untung sakit, jadi apdet *eh*.. Cepat sembuuhh, jangan malas ngeblog yaaa.. Nanti Kermit bilang ‘apa kata sayaaa, blog ituuu trend sesa(a)t’

  2. Selamat tahun baru Pakde :). Semoga sudah sembuh ya sekarang. Pengalaman kita sama Pakde, rumah sakit bukanlah tempat istirahat paling nyaman. Saya pernah ngalamin dirawat DBD tapi dokternya baru melakukan visit jam 10-11 malam :((. Saya berasa karatan nahan kantuk nungguin dokternya utk tahu perkembangan penyakit saya, karena memang tidak ada yang menemani di malam hari. Nah, klo 1 orang per kamar mungkin masi mending Pakde, setidaknya pengunjung pasiennya ga sebanyak pasien yang berbagi kamar dengan 2 pasien lainnya *helanafas*

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *