Kelas Ekonomi (Ke)Banget(an)

Sudah jadi hal yang lumrah di dunia penerbangan, terutama di kelas ekonomi maskapai penerbangan bertarif rendah (low cost carrier atau budget airline), penumpang dijejalkan sebanyak mungkin ke dalam pesawat. Jarak antar kursi juga dibuat minimal, sehingga lutut penumpang malang harus nempel dengan kursi di depannya. Mau dapat kursi yang lega ruang kakinya? Bisa saja, tapi harus bayar ekstra.

Belakangan muncul beberapa ide bagaimana menjejalkan lebih banyak penumpang ke dalam pesawat. Salah satunya dengan membuat kursi bertingkat.

Soal bagaimana caranya penumpang naik dan turun ke kursi yang di atas, saya juga tidak tahu. Belum lagi soal penyimpanan bagasi kabin, entah mau ditaruh di mana.

Dulu ada yang bercanda, kenapa tidak ada kelas untuk penumpang berdiri? Tetapi sekarang candaan itu bisa menjadi nyata dan jadinya tidak lucu.

Sudah ada rancangan untuk kelas berdiri ini. Lantas, mau dikasih nama apa untuk kelas berdiri ini? Kelas ekonomi banget? Ultimate economy class? Entahlah.

Apapun nama kelasnya, saya tertarik untuk mencobanya. Tentu saja dengan penerbangan jarak dekat agar tak terlalu lama (mungkin) tersiksanya. Karena orang tampan tapi wagu berkaroseri muda tapi pinggang lansia seperti saya ini cocoknya memang terbang dengan kelas bisnis.

Komentar

5 tanggapan untuk “Kelas Ekonomi (Ke)Banget(an)”

  1. Ndik Avatar
    Ndik

    ilmu stuffing itu rodo mumet jika ketemu pada bentuk yg nggak standar, biasanya dikotak Dulu agar Lebih mudah. Sebagai orang dengan sluthang yg nggak standar, tentunya Ini tambah merepotkan jika space kaki yg dibatasi.

    Suka

    1. Rudy Rudyanto Avatar
      Rudy Rudyanto

      Orang dengan besar badan yang tidak umum, biasanya disarankan oleh maskapai untuk beli kelas bisnis atau beli dua kursi.

      Suka

  2. Blogombal Avatar

    Naik kelas bisnis perjalanan jauh yang saya ingat ke Eropa, naik KLM dan British Airways, karena ditanggung pengundang semi pemerintah.

    Kalo bayar sendiri pernah karena kelas ekonomi habis, tapi ditanggung kantor, dari Yogya ke Jakarta. Sehari sebelumnya ketemu ketua jurusan untuk urusan rencana studi, esoknya ketemu dia di ruang tunggu bandara. Waktu boarding ketahuan saya di kelas bisnis. Pak Kajur bilang, “Kamu sekarang gaya, naik kelas bisnis.”

    Dari bandara dia saya ajak naik taksi saya, bukan naik bus, karena saya dibayari kantor. Lagi-lagi dia bilang, “Kamu sekarang gaya.” Tapi dengan tambahan, “Kapan kamu maju ujian skripsi? Kok kerja melulu dan gaya terus?” 🫣

    Suka

    1. Rudy Rudyanto Avatar
      Rudy Rudyanto

      Di salah satu tempat saya pernah bekerja, kantor otomatis memberikan tiket kelas bisnis jika penerbangannya lebih dari 4 jam. Berbahagialah saya yang tujuan perjalanannya jauh dari kantor.

      Suka

  3. Blogombal Avatar

    Kantor yang manusiawi.

    Apa boleh buat, bisnis dalam bahasa Indonesia kadung dipersempit sebagai cari uang, buka usaha.

    Maka jangan bilang “Itu bukan bisnis saya” saat menanggapi keluh kesah.

    Suka

Tinggalkan komentar