Dalam banyak hal, saya adalah orang yang beruntung, sejak lahir hingga kini. Pekerjaan ayah, pendidikan dan pekerjaan yang saya lakoni membawa saya mengunjungi dan bermukim di banyak daerah di Indonesia serta banyak negara di dunia.
Apa pengalaman yang paling menonjol dari semua perjalanan tersebut? saya melihat dan merasakan betapa beragamnya dunia ini. Ras, suku, agama/kepercayaan, budaya dan alam. Di banyak negara saya menyaksikan dan mengalami bagaimana itu semua bercampur dalam sebuah kuali besar dan menyajikan pengalaman yang menyenangkan.
Saya mengalami menjadi bagian dari masyarakat yang mayoritas di satu tempat tetapi juga mengalami menjadi bagian dari masyarakat yang minoritas. Dalam keseharian, jarang sekali saya terpikir soal hal tersebut. Dalam keragaman seperti itu, dimanapun, semua mengalir begitu saja dan saya merasa nyaman dan aman ada di dalamnya. Pada saat saya menjadi mayoritas, saya tidak lantas menjadi jemawa, congkak. Pada saat menjadi minoritas, saya juga tidak merasa minder, inferior.
Dalam ilmu yang saya pelajari, ekologi, keragaman adalah salah satu prinsip yang membuat sebuah ekosistem stabil. Pada sebuah hutan hujan misalnya, dari jasad renik, tumbuhan hingga hewan-hewan besar seperti gajah, semua memainkan peran penting dalam menjaga kestabilan ekosistem hutan tersebut. Sebuah kestabilan yang indah.
Saya percaya, seperti halnya hutan hujan, pada masyarakatpun demikian pula. Makin beragam manusianya, makin stabil masyarakatnya. Tidak hanya kokoh menghadapi rongrongan dari luar tetapi juga rongrongan dari dalam. Tentu saja dengan syarat. Salah satu syarat yang utama adalah manusianya mau menyadari adanya perbedaan dan menghormati perbedaan yang ada.
Keragaman tidak seharusnya memicu pertengkaran. Sebaliknya, keragaman itu memberikan kita bahan untuk belajar, untuk saling menghargai. Jangan, janganlah pernah memaksa mereka berubah untuk menjadi kita, karena perbedaan itu indah. Keragaman itu seharusnya dirayakan dengan penuh kegembiraan.
Tinggalkan komentar