
Awalnya adalah sebuah tajuk rencana di ePaper Kompas tanggal 13 Agustus 2025 tentang 10 satwa paling terancam punah menurut World Wide Fund for Nature atau WWF. Lima di antaranya adalah satwa yang ada di Indonesia dan dua di antaranya adalah spesies Orangutan yaitu Orangutan sumatera (Pongo abelii) dan Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus).
Saya tidak tahu apa alasannya Orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) tidak masuk dalam daftar tersebut. Padahal Orangutan tapanuli adalah kera besar yang paling langka di dunia. Populasinya diperkirakan ada 800 ekor saja dan hidup hanya di ekosistem Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Kemudian, muncul berita dalam ePaper Kompas tanggal 20 Agustus 2025 tentang konflik ruang antara Orangutan dan manusia.

Apa yang membuat Orangutan begitu terancam punah adalah karena mereka kehilangan habitatnya. Hutan dan isinya adalah rumah bagi Orangutan. Bagi Orangutan, yang hidup praktis di pepohonan (hewan arboreal), hutan menyediakan makanan, tempat tidur, tempat berkembang biak dan tempat berkelana. Tak ada hutan, tak ada Orangutan. Begitu gampangnya.
Lantas, rumah Orangutan itu ke mana? Ada banyak sebab kenapa hutan tempat Orangutan hidup itu lenyap. Bisa karena kebakaran hutan, pembalakan hutan, pembukaan tambang atau yang lagi gencar adalah diubahnya hutan menjadi kebun kelapa sawit.
Lebih miris lagi, Orangutan yang terdesak di kebun sawit menjadi sasaran perburuan yang oportunistik. Jika ada betina dengan anaknya, maka betina itu akan dibunuh dan anaknya akan diambil untuk dipelihara atau dijual. Anak Orangutan yang lucu dan imut di masa kecilnya itu, pada saat beranjak dewasa menjadi sulit dikontrol dan berakhir di dalam kurungan. Ada pula yang entah bagaimana siksaannya, Orangutan dewasa dijadikan hewan pertunjukan.
Kebun sawit tidak sama dengan hutan alami, walaupun sama-sama punya daun. Hanya orang pekok yang tidak bisa melihat perbedaannya. Orangutan bisa mati kelaparan di hutan sawit. Perluasan kebun sawit masih terus dilakukan karena Indonesia tetap ingin menjadi negara nomor satu sebagai penghasil minyak sawit di dunia (ironisnya minyak goreng kadang langka di Indonesia).
Beberapa organisasi pelestarian Orangutan memiliki apa yang disebut sebagai pusat rehabilitasi Orangutan untuk melepasliarkan Orangutan yang ditangkap oleh manusia. Di pusat rehabilitasi ini Orangutan dilatih untuk hidup bebas di hutan serta disembuhkan dari penyakit sebelum dilepas ke alam bebas. Tetapi ada saja Orangutan yang sudah tidak bisa dilepaskan lagi ke hutan, baik karena cacat atau mengidap penyakit yang didapatnya dari Orang Kota, seperti TBC dan hepatitis. Kalau ada yang begini ini, Orangutan itu akan dipelihara di tempat yang berperi kehewanan sampai ajal menjemput.
Orangutan yang 97% dna-nya sama dengan orang kota, makin hari makin terdesak. Orang kota punya kebutuhan yang lantas menggusur rumah Orangutan. Jika Orangutan sampai punah, itu karena kerakusan kita.
Tinggalkan komentar