Anjangsana, Melayat, Besuk, Kondangan

Namanya juga pensiunan tetapi bisa jadi kegiatannya lebih sibuk dari pekerja. Wira-wiri ke sana kemari bertemu teman atau kerabat sambil menggali ingatan tentang masa lalu.

Hal ini juga berlaku bahkan pada saat melayat, tentunya setelah bertemu dan menyampaikan rasa duka kepada keluarga yang sedang berduka. Duduk di luar, bertemu teman dan obrolan masa lalu dimulai.

Ingatan saya tidaklah istimewa, bahkan cenderung buruk. Pada sebuah acara pertemuan dengan teman-teman semasa SMP, saya lebih banyak diam karena saya tidak ingat akan apa yang tengah mereka bicarakan. Mereka ingat, saya tidak. Ujung-ujungnya hanya senyum dikulum saja sebagai tanggapan dari pembicaraan mereka.

Pun ketika beranjangsana ke rumah teman, pembicaraan tentang masa lalu ini menjadi menyiksa karena banyak yang saya tidak ingat. Sementara teman yang dikunjungi dengan pongahnya memamerkan ketajaman daya ingatnya.

Pada acara besuk atau dibesuk teman, lebih menyedihkan lagi karena yang diperbincangkan adalah soal penyakit dan apa saja pantangan yang harus dilakoni. Saya sangat senang jika pertanyaan ke dokter “ada pantangan apa dok?” dijawab “tidak ada”.

Lain halnya dengan kondangan, kalaupun saya banyak lupa soal masa lalu, saya bisa saja minta izin meninggalkan mereka barang sejenak untuk ikut antri di gubuk-gubuk makanan. Karena makanan yang diberikan biasanya dalam porsi kecil, saya jadi bisa bolak-balik antri di gubuk yang sama atau gubuk berbeda, karena kenyang adalah kunci.

Komentar

4 tanggapan untuk “Anjangsana, Melayat, Besuk, Kondangan”

  1. Ndik Avatar
    Ndik

    ini masalah umum, kadang saya ketemu teman lama ujug2 dibayari, diberi kemudahan macam2 seperti nggak beli ticket dan sebagainya, tapi lali jangankan yg kemudian memperkenalkan diri adik kelas, kakak kelas jaman mbiyen, yg sebangku saja saya lupa Sampai puas dirinya misuhi saya.

    inilah yang menyenangkan saya jarang lama2 di undangan acara apapun, Basa basi yang wagu Dan lali kanca (terutama Kalau lanang), apalagi trauma terhadap reunian yg Jadi ajang dukungan politik atau malah Dodolan mlm, jadi catatan yg harus saya pegang sendiri,

    Tentu tidak absolut kecuali ada sajian bir, dengan bantuan bir Kalau sudah 2 botol Saya Jadi pandai berbasa basi, 3 botol mulai menjadi orang Saleh yang mewakili jumpa pers nabi Nabi atau Juru bicara kerjaan Majapahit

    Suka

    1. Rudy Rudyanto Avatar
      Rudy Rudyanto

      Jadi ingat pertanyaan seorang teman “Dia itu introvert atau ekstrovert sih?” Kawan lain menjawab “Tergantung suguhannya”.

      Suka

  2. Blogombal Avatar

    Kenyang adalah kunci.

    Saya lebih dari sekali hadir sendiri di kondangan, dan gak ketemu orang yang saya kenal, dan kebetulan lagi gak selera makan. Yang penting ketemu pengundang, bisa mempelai atau orang tuanya

    Ke bioskop sendiri atau nonton konser sendiri juga hal biasa bagi saya.

    Oleh gowesers yang kongko di bengkel sepeda, tapi kami tak saling kenal, saya ditanya, “Kayaknya Bapak suka nggowes sendirian ya? Saya sering liat, kadang malam pake lampu. Gabung kita aja biar punya temen. Kalo akhir pekan kita gocap, gowes cari sarapan.”

    Sedangkan penjual kelapa muda yang dulu kerap saya singgahi saat berjalan kaki, menanya saya, “Oom nggak punya teman atau keluarga buat jalan bareng? Apa asyiknya jalan sendirian?”

    Suka

    1. Rudy Rudyanto Avatar
      Rudy Rudyanto

      Beramai-ramai kadang asik, tetapi sendirian jauh lebih asik.

      Suka

Tinggalkan komentar