
Kemarin, siang menjelang sore, istri saya pulang dari jalan-jalan dengan membawa oleh oleh yang membuat saya girang. Entah sudah berapa tahun saya tak melihatnya. Buah kesemek.
Kesemek (Diospyros kaki) di Indonesia juga dikenal dengan nama buah genit, karena di kulit luarnya terdapat tepung putih seperti bedak. Entah kenapa bedak lantas diasosiasikan dengan genit. Rasa buah yang sudah matang manis, sedangkan yang masih belum matang rasanya sepat. Kabarnya di Indonesia kesemek ditanam di daerah Majalengka, Kuningan, Dieng dan Malang, walaupun belum dibudidayakan secara besar-besaran.
Kesemek bukan tanaman asli Indonesia. Asalnya dari Cina, lantas menyebar ke Korea, Jepang dan Asia Tenggara termasuk ke Indonesia.
Saya ingat ketika masih bermukim di Jepang, kesemek mulai muncul buahnya di akhir musim panas lantas melimpah pada musim gugur. Kesemek kemudian menjadi buah lambang musim gugur.

Saking banyaknya, buahnya dibiarkan saja berjatuhan di halaman rumah, bahkan ke jalanan. Istri saya memungutinya lantas dibawa pulang.
Ada dua macam kesemek di Jepang, Fuyu yang bisa dimakan langsung dan Hachiya yang biasanya dikeringkan dahulu. Seingat saya, kesemek di Jepang tidak berbedak. Mungkin karena tidak genit, tetapi rasanya manis juga.
Rasanya senang betul saya semalam, bisa melepas rindu dengan buah genit ini walaupun hanya beberapa kerat saja.
Tinggalkan komentar