Buah Ara yang Agamawi dan Rumit

Foto dari freepik

Belakangan, bermula saat saya membaca surah At-Tin di Al Quran, saya tertarik dengan buah ara atau juga dikenal dengan nama buah tin. Harus saya akui, pada masa kuliah dulu kuliah soal tumbuhan bukanlah hal yang menarik minat saya. Tetapi ternyata hasil penelusuran informasi tentang buah ara ini sangat menarik, paling tidak buat saya.

Tumbuhan ara, atau mungkin lebih dikenal dengan nama genusnya Ficus, penyebaran asalnya dari Mediterania, Timur Tengah dan Asia Barat. Buah dari tumbuhan ini ada disebut dalam lembar suci tiga agama langit, Yahudi, Kristen dan Islam. Tetapi kali ini saya ingin bercerita tentang apa yang terjadi di dalam buah ara.

Buah dari pohon ara (Ficus carica) sebenarnya bukanlah buah dalam pengertian biologi. Buah ini sebenarnya adalah kumpulan dari ratusan bunga jantan dan betina yang terkurung dalam sebuah struktur bernama syconium. Syconium inilah yang dipetik, dimakan atau diolah sebagaimana layaknya buah.

Lantas, jika bunganya terkurung begitu, bagaimana penyerbukannya? Aha, disinilah cerita menjadi menarik. Karena bunganya ada di dalam buah, penyerbukannya tidak bisa dilakukan oleh angin, lebah atau kelelawar. Hanya ada satu spesies tawon di dunia ini yang bisa menyerbukinya, tawon ara (Blastophaga psenes).

Jadi ceritanya, tawon ara betina akan masuk ke dalam syconium melalui saluran sempit yang bernama ostiole. Dalam perjalanannya masuk tadi, tawon ara betina akan kehilangan sayapnya dan bisa juga anggota tubuh lainnya. Babak belur? Tidak masalah, karena tujuan tawon betina tersebut hanya satu, bertelur di dalam syconium. Selanjutnya tawon ara betina itu akan mati di dalam syconium.

Telur tawon ara tadi akan menetas, menjadi larva dan kemudian menjadi tawon ara jantan dan betina. Tawon jantannya buta dan tak bersayap. Tugasnya hanya satu, mengawini tawon betina dan membantu tawon betina untuk nantinya keluar dari syconium. Sesudah melakukan tugasnya, tawon jantan akan mati di dalam syconium. Tawon jantan tak pernah melihat dunia luar sepanjang hidupnya.

Lantas, bagaimana dengan tawon betina? Tawon betina yang tubuhnya sudah berlumuran serbuk sari dari bunga jantan, keluar dari syconium dan terbang untuk mencari buah ara lainnya. Masuk lagi ke syconium lain, dan di dalam syconium serbuk sari yang menempel di tubuh tawon ara betina tadi akan menyerbuki bunga betina di dalam syconium. Begitulah siklusnya berulang.

Bunga betina ara yang sudah diserbuki nantinya akan menghasilkan biji. Buah ara ternyata banyak penggemarnya selain manusia. Ada burung, kelelawar dan mammalia yang memakan buah (syconium) ara dan lantas menyebarkan bijinya ke tempat yang jauh.

Hingga saat ini, pengetahuan saya tentang buah ara ini masih minim sekali. Satu fakta malah menimbulkan banyak pertanyaan baru. Seperti bagaimana hubungan mutualistik dan ko-evolusi antara buah ara dengan tawon penyerbuknya. Bagaimana nasib tawon-tawon yang mati di dalam buah ara? Dicerna oleh buah sehingga tidak ada kriuk kriuk serangga pada saat kita memakan buah ara?

Ah kenapa pada saat kuliah dulu tidak ada dosen atau teman yang menekuni tumbuhan yang bercerita soal ini. Saya hanya disuruh untuk menghafal nama latin tumbuhan saja dalam kuliah taksonomi tumbuhan. Saya yakin, masih banyak hal menarik tentang buah ara dan kerabatnya seperti pohon beringin (Ficus benjamina). Banyak hal yang menarik yang saya belum tahu.

Komentar

5 tanggapan untuk “Buah Ara yang Agamawi dan Rumit”

  1. Blogombal Avatar

    Saya sejak kecil hanya tahu ada pohon ara namun tak paham bagaimana, karena hanya tahu dari Alkitab melalui sekolah Minggu. Rupanya di Palestina pohon ini memang jamak.

    Saya lihat pohon ara di Kuntum Bogor pada 2014. Teman yang mengajak ke sana menunjuklan itu ara. Di Pondokpinang, Jaksel, ada Jalan Tanah Ara. Apa dulu di sana ada sekian pohon ara? Jejak toponimis di banyak tempat banyak yang berdasarkan vegetasi dominan sebuah spot.

    Suka

    1. Rudy Rudyanto Avatar
      Rudy Rudyanto

      Iya Mas Paman, sama seperti Bintaro, Kemang, Gandaria, Pulo Gadung, Kebayoran, Pondok Kopi, Kebon Kacang, dll.
      Jadi ingat, saya kok belum pernah lihat ada nama jalan Jl. Kluwek ya? Nama lainnya kluwek itu kepayang. Kluwek itu sebelum diolah beracun, sehingga ada istilah mabuk kepayang.

      Suka

  2. Blogombal Avatar

    Ya, kepayang.

    Pernah saya pakai buat ilustrasi jomlo

    Suka

  3. Blogombal Avatar

    BTW soal toponimis selalu menarik bagi saya

    Suka

    1. Rudy Rudyanto Avatar
      Rudy Rudyanto

      Di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ada lokasi yang bernama Kandang Badak. Apakah pernah ada badak di lokasi tersebut? Tidak ada informasi pasti soal itu.

      Suka

Tinggalkan Balasan ke Blogombal Batalkan balasan