Kelelawar, Codot, Kampret!

Pada saat saya masih tinggal di Pangkalan Brandan, di belakang rumah ada beberapa batang pohon pisang. Ada beberapa daun yang seperti digulung dan di dalamnya ada mahluk kecil seperti tikus bersayap.

Saya lantas bertanya ke Ibu saya, binatang apa itu? Kelelawar kata Ibu. Baru bertahun-tahun kemudian saya tahu itu adalah codot dari spesies Cynopterus brachyotis.

Codot? Bukan kelelawar? Begini, kelelawar adalah sebutan bagi seluruh mammalia terbang yang dalam tata nama biologi ada di dalam Ordo Chiroptera (dari Bahasa Yunani χείρ (cheir) yang berarti tangan dan πτερόν (pteron) yang berarti sayap).

Berdasarkan makanannya, kelelawar dibagi dua, ada codot yang memakan buah dan nektar serta kampret yang memakan serangga dan darah (yang pemakan darah tidak ada di Indonesia). Lantas kalau kalong itu apa? Kalong adalah codot hanya ukurannya besar.

Kelelawar aktif mencari makan di malam hari, siang mereka beristirahat dengan bergelantungan di pohon, gua, rongga pohon atau di daun pohon pisang tadi. Dari sinilah asal kata “ngalong” pada supir taxi yang aktif di malam hari hingga fajar.

Codot dan kalong mengandalkan penglihatan dan penciumannya untuk mendapatkan makanannya, tak heran jika matanya belok, besar. Sedangkan kampret mengandalkan gelombang suara/sonar (echolocation) untuk menangkap mangsanya.

Apa fungsi kelelawar di alam? Codot dan kalong adalah penyebar biji dari buah yang disantapnya. Beberapa jenis juga berlaku sebagai hewan yang menyerbuki tumbuhan. Durian dan petai misalnya, tak akan ada buahnya jika tidak diserbuki oleh codot dari spesies Eonycteris spelaea (dari Bahasa Yunani dan Latin yang artinya kelelawar fajar yang tinggal di gua).

Sedangkan kampret sang pemakan serangga berfungsi untuk mengontrol populasi serangga di alam, populasi nyamuk misalnya. Seekor kampret bisa memangsa ratusan nyamuk dalam semalam.

Ilustrasi kampret berburu ngengat

Karena kelelawar hidup dalam koloni besar, kotoran yang dihasilkannya (guano) juga banyak menumpuk di gua-gua kelelawar. Guano ini adalah pupuk organik bermutu tinggi yang acap kali diambil untuk dijual dalam bentuk bubuk atau butiran kering. Memanen guano ini memerlukan ketabahan tersendiri karena bau dari gua kelelawar ini sangat astaga sekali. Dasar kampret!

Komentar

3 tanggapan untuk “Kelelawar, Codot, Kampret!”

  1. Blogombal Avatar

    Tahun 1980-an pegiat lingkungan memperingatkan penggerusan bukit oleh Semen Gresik karena mengenyahkan gua kelelawar. Saya lupa nasib si gua.

    Codot dulu kami akrabi karena saya dan Ibu menebang pohon pisang kepok setelah buah ada yang sudah matang di pohon atau tetangga sudah mengingatkan. Biasanya ada yang sudah dimakan codot. Atau, dalam setandan pisang terselip sarang burung, kalau tak berisi telur ya piyik anak emprit. Gak tega saya.

    Di rumah sering ada codot. Kalau ada bunyi klothak kena atap mobil berarti biji buah yang dijatuhkan codot. Bukan hanya itu, kotoran codot sulit dibersihkan padahal.

    Kisi-kisi favorite codot di atap carport saya tutup dengan masa kawat. Aman namun cuma dua tahun. Akhirnya mereka punya akses lain untuk masuk. Untunglah saya punya cara untuk menghalau codot agar tak bergelantungan di sana dan berak sembarangan.

    Suka

    1. Rudy Rudyanto Avatar
      Rudy Rudyanto

      Untungnya codot tidak bersarang di rumah saya. Beberapa kali ada codot yang masuk rumah. Tinggal mematikan lampu-lampu lalu pintu dibuka, nanti codotnya keluar sendiri, tidak usah diantar. Di rumah juga ada pohon srikaya, yang jika sedang berbuah banyak ada yang ditinggalkan buahnya lantas menjadi makanan codot dan burung. Kalau sedang kumat nggragasnya, buah yang sudah dimakan codot dan burung itu kami ambil juga untuk dimakan.

      Suka

      1. Blogombal Avatar

        Koeksistensi dua spesies predator. Rukun.

        Suka

Tinggalkan Balasan ke Blogombal Batalkan balasan