
Demi alasan kesehatan, saya mencoba untuk rajin jalan pagi dan berjemur sinar matahari pagi, kadang dua kegiatan ini saya gabungkan. Ada banyak pemandangan yang bikin segar ada pula yang bikin kesal.
Kompleks perumahan saya termasuk adem ayem, juga tidak ramai dengan lalu lintas kendaraan bermotor. Beberapa tempat bahkan sering dijadikan tempat kumpul-kumpul oleh orang-orang yang bukan penghuni perumahan, terutama di saat sore hari.
Tampaknya mereka hanya mengobrol saja, terkadang sesekali berswafoto sambil menikmati kudapan ringan. Celakanya, bungkus kudapan yang sudah kosong, tidak dibawa pulang, tetapi dibuang saja di tempat kumpul itu. Mau memberi kenang-kenangan atau karena malas dan tidak peduli, apapun itu ini namanya ini sontoloyo sekali (bukan sontoloyo yang ini).
Sejak kecil, bapak dan ibu mengajari anak-anaknya untuk membuang sampah pada tempatnya. Kalau tidak ada tempat sampah, ya sampahnya dibawa dulu baru nanti dibuang di tempat sampah terdekat. Kebiasaan ini terbawa sampai sekarang. Dengan alasan lupa, kadang saya menemukan sampah di saku celana pada saat memeriksa saku sebelum celana dilempar ke keranjang cucian.
Ini juga dilakukan ketika sedang bepergian ke alam bebas yang biasanya tidak menyediakan tempat sampah. Saya membawa sampahnya.
Lantas bagaimana dengan sampah masyarakat? Konon di negeri ini, mereka juga punya tempat, bisa dijadikan terhukum atau dijadikan pejabat.
Tinggalkan komentar