
E-paper Kompas hari ini (Minggu, 10 Agustus 2025) di halaman 13 ada menampilkan infografis tentang atap yang terbuat dari tanah (genteng). Ini membawa banyak kenangan saya akan rumah di mana saya pernah tinggal dengan berbagai macam bahan pembuat atap.
Dari infografis tersebut saya juga baru tahu kalau perubahan bahan pembuat atap di Jawa ada hubungannya dengan penyakit pes.
Pada awal abad ke-20, wabah pes melanda wilayah Jawa, termasuk
Kebumen di Jawa Tengah. Untuk mengendalikan penyebaran penyakit,
Belanda memerintahkan rumah tradisional beratap ilalang digantikan
dengan atap genteng tanah liat. Atap ilalang dinilai tidak higienis.
Saya sendiri, seingat saya, tidak pernah bermukim lama di rumah yang beratap ilalang. Walaupun kantor lama saya di Bali, atapnya dari ilalang.
Pada saat keluarga kami tinggal di Kalimantan, saya ingat atap rumahnya juga terbuat dari bahan organik, bukan ilalang tetapi dari sirap yang merupakan potongan kayu tipis yang terbuat dari kayu ulin. Saya juga ingat, rumah eyang di Jalan Citarum, Bandung yang merupakan bangunan Belanda, atapnya juga terbuat dari sirap.
Seingat saya, kami baru merasakan tinggal di rumah beratap genteng pada saat pindah ke Sumatera. Hingga saat ini saya tinggal di rumah beratap genteng. Saya tidak ingat, pada waktu tinggal di Inggris, rumah yang saya tempati beratap apa? Saya hanya ingat, rumah seorang teman atapnya dari thatch (ilalang air yang dikeringkan), mewah sekali tampaknya. Sewaktu tinggal di Jepang saya tinggal di apartemen yang atapnya dari beton saja.
Pada waktu saya penelitian di hutan Way Kambas, saya tinggal di sebuah pos di tengah hutan dengan atap seng. Riuh rendah sekali suaranya jika hujan turun, dan gerah sekali di dalam rumah pada saat siang hari. Saya lebih memilih istirahat siang di tempat tidur gantung (hammock) di bawah pohon yang jauh lebih sejuk.
Lantas apa hubungannya buah atap dengan atap rumah. Ternyata bukan sebatas kemiripan nama. Pohon atap atau Nipah (Nypa fruticans) daunnya kerap dijadikan bahan atap rumah. Nipah ini menghasilkan buah yang bagian dalamnya mirip dengan kolang kaling, atau disebut juga buah atap untuk membedakan dengan kolang kaling yang didapat dari pohon aren yang lebih umum. Saya tidak ingat apakah saya pernah tinggal di rumah yang beratap daun pohon atap.
Tinggalkan komentar