
Satu lagi barang tua yang ada di rumah dan masih berfungsi baik adalah mesin tik manual (bukan listrik). Mesin tik Olympia, buatan Jerman yang dimiliki oleh istri saya yang seingat dia dibeli di awal tahun 80an.
Dahulu saya juga punya mesin tik merk Brother, hanya saya tidak tahu apa nasibnya setelah tersingkir oleh printer dot matrix Epson sebagai pelengkap komputer desktop.

Jaman sekolah SMA dan kuliah dulu, mesin tik adalah alat andalan pada saat harus membuat laporan praktikum atau tugas-tugas lainnya. Pada saat SMA dulu saya tinggal di rumah eyang di Jalan Riau Bandung yang juga jadi tempat kost mahasiswa. Suara tak tik tuk mesin tik kerap terdengar di malam hari.
Keras pelannya suara ketukan mesin tik terutama ditentukan oleh berapa lembar tembusan yang harus dibuat dengan menyelipkan kertas karbon di antara lembaran-lembaran yang harus dibuat. Istilah Carbon Copy (cc) pada email jaman sekarang berasal dari sini.
Saya tidak tahu apakah jaman sekarang masih ada toko alat tulis yang menjual pita mesin tik. Pita hitam merah. Walaupun saya yakin pita mesin tik ini masih dijual secara online. Soal pita mesin tik ini dulu saya sering guyon menertawakan teman yang memakai pakaian merah hitam sebagai pita mesin tik.
Karena ada keperluan, tampaknya mulai nanti malam sampai beberapa hari ke depan rumah akan diramaikan dengan suara mesin tik ini. Tak tik tuk tik tak tik tuk. Kok malah mengingatkan saya pada lagu Naik Delman ciptaan Ibu Sud.
Tinggalkan Balasan ke Barang Lama Tak Harus Dibuang – Ndobos Batalkan balasan