
Setiap tahun, pada saat belahan bumi Utara sedang musim gugur, jutaan mahluk terbang ke belahan bumi Selatan untuk menghindar dari musim dingin, termasuk para raptor, burung pemangsa.
Para raptor ini, meninggalkan wilayah berbiaknya di Cina, Korea, Jepang untuk menuju wilayah di Selatan bumi selama musim dingin melanda belahan bumi Utara. Para raptor ini memilih wilayah Nusa Tenggara sebagai rumah sementaranya.
Dalam perjalanannya ke Nusa Tenggara, para raptor ini menyeberang dari Semenanjung Malaya ke pesisir Timur Pulau Sumatera, terbang ke Selatan dan menyeberang ke Pulau Jawa. Dari Pualu Jawa, para raptor terbang ke arah Timur menuju Nusa Tenggara.
Raptor yang paling umum melintas Indonesia ini ada 3 spesies. Elang-alap nippon (Accipiter gularis), Elang-alap cina (Accipiter soloensis) dan Sikep-madu asia (Pernis ptilorhynchus). Bagi para birdwatcher di Jabodetabek, tempat ideal untuk melihat burung-burung ini dalam perjalanan migrasinya adalah di Bukit Paralayang, Puncak.
Begitulah, kemarin (Kamis, 2 Oktober 2025) dari jam 7 pagi hingga sekitar tengah hari saya dan beberapa teman nongkrong di Bukit Paralayang. Tiga spesies raptor yang saya sebut tadi, semuanya teramati pada hari itu, tetapi jumlah raptor yang lewat masih sangat sedikit. Pada puncak migrasi bisa ribuan raptor yang teramati di Bukit Paralayang. Kemarin, tidak sampai 30 ekor.
Ada banyak faktor alam yang membuat kemunculan para raptor ini sulit untuk ditebak kapan puncaknya. Kami hanya pakai ilmu kira-kira saja, atau menunggu cerita dari para birdwatcher di Malaysia dan Sumatera kalau rombongan raptor sudah melintas tempat mereka mengamati.
Upaya melestarikan para raptor migran ini bukanlah hal yang mudah, karena ancaman terbesar adalah hilangnya habitat mereka. Semua negara yang dilintasi oleh para raptor ini harus bekerja sama untuk melestarikannya. Tidak bisa hanya Jepang saja yang mati-matian menyelamatkan sementara di tempat lain negaranya cuek bebek. Bisa sia-sia upaya di Jepang.
Tinggalkan Balasan ke Blogombal Batalkan balasan